Prinsip Sukses Ala "Bob Sadino"

PRINSIP SUKSES ALA "BOB SADINO"
BOB SADINO adalah salah satu pebisnis tergigih yang pernah ada di negeri ini. Bob Sadino, pebisnis nyentrik yang dikenal sebagai pemilik jaringan usaha Kemfood dan Kemchick wafat di Rumah Sakit Pondok Indah setelah 1 tahun melawan komplikasi penyakitnya. Bob Sadino yang juga kerap disapa dengan “Om Bob” meninggalkan tak hanya legacy bisnis raksasa, melainkan juga berbagai pelajaran penting dalam mengarungi dunia usaha .
Brikut adalah prinsip Bob Sadino yang bisa jadi inspirasi untuk kita :
1. Saat orang Ribut Dengan Target yang Dicanangkan, Bagi Bob Sadino Perjalanan Menuju Sukses Justru Tidak Perlu Memiliki Tujuan
Prinsip Bob Sadino perjalanan tidak perlu punya tujuan
Dalam sebuah wawancara dengan seorang wartawan Bob mengatakan bahwa perjalanan hidup dan bisnisnya selama ini tidak dijalani dengan tujuan yang pasti. Berbeda dengan orang kebanyakan yang mencanangkan target jelas tentang hal-hal yang harus ia capai dalam hidup — Bob Sadino memilih menjalani.
“Dengan adanya tujuan, maka seseorang hanya tertuju pada satu titik yang namanya tujuan. Dia tidak akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang melebihi titik tersebut. Padahal potensi setiap orang sangat mungkin melewati titik tersebut. Jadi sayang dong kemampuan saya, bila harus dipaku oleh tujuan.”
Begitu ujar Bob Sadino ketika ditanya mengenai prinsipnya ini. Bob memang dikenal sebagai orang yang santai dan mengalir, tapi bukan berarti ia tidak punya mimpi. Tujuan tidak dicanangkannya bukan karena malas atau takut tidak bisa mencapai target. Justru “tujuan” atau “target” dianggap sebagai belenggu yang bisa menghalangi langkahnya mencapai hal-hal yang lebih dari sekadar tujuan yang telah disepakati itu.  
2. Rencana Adalah Bencana Bagi Bob Sadino. Dalam Bisnis Oom Bob Selalu Menekankan Prinsip “Mengalir Saja”
Prinsip Bob Sadino (2): “Mengalir Saja”
"
Rencana itu cuma berlaku buat mereka yang belajar manajemen. Dari A, B, C, D, sampai Z. Padahal dalam bisnis tidak ada yang seperti itu, bisnis tidak mungkin lurus dan runut saja. Tapi sayangnya di sekolah kita sudah terlalu sering diajarkan bikin rencana. Padahal rencana itu racun, bencana!”Bob Sadino, Mereka Bilang Saya Gila
Prinsip “mengalir saja” memang jadi tali pancang dalam perjalanan bisnis Bob Sadino. Dimulai dari menetap di Belanda selama 9 tahun dan bekerja di sebuah perusahaan pelayaran, Bob beralih haluan jadi pengusaha peternakan ayam saat kembali ke Indonesia. Apakah semua itu direncakan? Jawabnya, “Tidak.”Bob menjalani bisnisnya sesuai keadaan pasar. Tanpa banyak rencana, ia mengambil peluang paling menguntungkan yang ada di depan mata. Terdengar oportunis memang, tapi dari cara ini Kemfood dan Kemchicks terbukti berhasil jadi pemimpin di bidangnya.  
3. Walau Terlahir Sebagai Orang Berada Bob Tidak Mau Berleha-leha. Jadi Kuli Bangunan, Supir Mobil Sewaan, Sampai Pedagang Telur Pernah Dilakoninya
Bob pernah jadi supir mobil sewaan .
Bob Sadino memang lahir dari keluarga yang cukup berada. Saat ayah dan ibunya meninggal, seluruh warisan keluarga jatuh ke tangan Bob sebagai anak bungsu karena kakak-kakaknya yang lain sudah dianggap cukup mampu. Tapi hidup sebagai anak orang kaya tidak menjadikan Bob manja. Dia memilih berkelana keliling dunia dengan setengah uang warisan yang dimilikinya.
Bob sempat terdampar selama 9 tahun di Belanda untuk bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan pelayaran. Sepulangnya ke Indonesia Bob banting setir jadi pengusaha Mobil Mercedes sewaan, dengan ia sendiri sebagai sopirnya. Sebuah kecelakaan yang dialami membuatnya kehilangan Mercedes kesayangannya sehingga otomatis kehilangan modal.
Dengan kondisi sudah punya anak istri, Bob yang kondisi ekonominya terpuruk akhirnya memilih jadi tukang batu dengan upah hanya Rp 100,00 per hari. Barulah setelah itu ia bertemu dengan kolega lama yang menyarankannya berbisnis telur ayam negeri. Keberhasilan Bob tentu tidak bisa dilepaskan dari kegigihannya berusaha. Ia tidak mau duduk manis dengan uang warisan dari orang tuanya yang sebenarnya sudah cukup dari cukup jumlahnya.  
4. Jangan Pernah Cari Untung dan Keberhasilan Dalam Bisnis. Kalau Mau Berhasil Justru Kamu Harus Mencari Kegagalan dan Kerugian!
Kalau mau berhasil justru carilah rugi!
Saran-saran Bob dalam dunia bisnis memang terdengar sedikit sinting. Bagaimana tidak, saat sekolah bisnis mengajarkan mahasiswanya bagaimana menghindari kegagalan, Bob justru menyarankan untuk mendekatinya. Ketika hukum ekonomi menyediakan opsi untuk terus meraih keuntungan, Bob malah menyuruh kita untuk merugi.Seperti biasa, Bob dalam bukunya “Belajar Goblok dari Bob Sadino” selalu memiliki jawaban sendiri atas sarannya ini:
“Orang sudah terlalu terbiasa berpikir secara linier. Kalau mau usaha, pasti mencari untung; mencari berhasil. Padahal dalam usaha itu ya pasti ada rugi dan gagal toh? Bagi kamu yang mau berhasil, justru cari kegagalan sebanyak-banyaknya. Sebab keberhasilan itu hanyalah sebuah titik di puncak gunung kegagalan.”  
5. Kalau Mau Usaha Itu Ya Lakukan Saja. Urusan Hitung-hitungan Tak Usah Dipikirkan
Kalau mau usaha langsung lakukan saja. Tak perlu banyak dipikirkan.
Menurut Bob terlalu banyak orang pintar, lulusan Sarjana, yang urung membuka usaha karena terlalu banyak perhitungan. Bob amat menghindari terjebak dalam kukungan prediksi yang membuatnya tak segera melakoni apa yang jadi keinginannya.
Baginya usaha itu tentang melakukan apa yang harus dilakukan, secepat yang ia bisa dengan sumber daya yang dimilikinya.“Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak mikir membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Padahal yang penting adalah action!”Di sini pula jawaban Bob tentang sudut pandangnya pada untung-rugi jadi lebih masuk akal:
“Kalau kita mencari untung duluan, usaha belum tentu dilakukan karena takut rugi. Tapi kalau mencari rugi, usaha pasti dilakukan karena ga takut untung.”  
6. Kuliah Hanya Akan Mengajarkanmu Untuk Tahu. Tapi Bagi Bob Jalanan yang Mengajarkannya Untuk Bisa Jadi Perasa
Bergelut di lapangan membuatmu jadi perasa
"Teori Hanyalah Sebuah informasi basi" .
Begitu ujar Bob ketika dalam suatu kesempatan ditanya mengenai pendapatnya soal bangku kuliah. Dalam berbagai seminar yang diberikannya Bob dengan lantang mengatakan bahwa kuliah adalah sebuah kesia-siaan. Bob bahkan dengan keras berkata bahwa kuliah sama dengan memasukkan sampah ke otakmu. Pendapatnya tentang mahasiswa yang ber-IPK tinggi juga tak kalah pedas.
“Kalau mahasiswa IPK nya sudah 3 koma itu alamat jadi karyawan saja lah. Kalau mau jadi pengusaha, IPK jeblok saja. Karena dengan begitu mau tak mau kamu akan ditolak perusahaan dan terpaksa membuka usaha sendiri.”
Bob memang belajar semua dari pengalaman langsung di lapangan. Baginya pendidikan hanya membuat seseorang jadi pribadi yang pintar bicara, tanpa bisa melaksanakan apa yang sudah direncanakannya.  
7. Kemfood dan Kemchick Adalah Bukti Kecerdikan Bob Melirik Peluang Usaha. Menciptakan Pasar Sendiri Adalah Cara Terampuh Untuk Berhasil Sebagai Wirasusaha
Kemchick dan Kemfood bukti nyata Bob cerdik melirik peluang usaha
Saat Bob memulai usaha ternak ayam petelurnya Bob sempat dicibir sebagai “orang gila” karena dianggap tak akan berhasil. Saat itu pasar telur dalam negeri memang masih didominasi oleh telur ayam kampung yang terkenal lama proses produksinya. Atas bantuan seorang kolega lama yang iba atas kondisi ekonomi Bob yang terpuruk, Bob pun memulai bisnis ternak telur ayam negeri dengan target pasar orang asing di sekitar Kemang.
Tindakan yang dianggap “gila” oleh kebanyakan orang ini sebenarnya merupakan sebuah langkah yang cerdik. Telur ayam dan berbagai daging olahan merupakan panganan konsumsi utama orang asing yang masih belum bisa dipenuhi demand-nya oleh produsen yang ada saat itu. Terlebih fasihnya Bob dan sang istri dalam berbahasa Inggris membuat pelanggan ekspatriat mereka merasa nyaman.
Karena kegigihan dan pelayanan primanya, perlahan bisnis Bob pun berkembang pesat. Kini Kemfood dan Kemchick telah punya nama besar di antara pelanggan setianya. Tak hanya berkecimpung di daging olahan saja, Bob Sadino pun melirik usaha sayuran holtikultura sebagai pengembangan bisnisnya. Gila dan tidak sesuai trend semua ‘kan? Tapi berhasil!  
8. Walau Sudah Berhasil Bob Selalu Menekankan Pada Calon Pengusaha Untuk Jadi Dirinya Sendiri. Jangan Pernah Jadi Mesin Fotokopi, Sesukses Apapun Orang yang Ingin Kamu Fotokopi
Bob tidak ingin mejadikan orang lain sebagai fotokopinya
Sejak awal kemunculannya Bob dikenal dengan penampilannya yang nyentrik. Selalu mengenakan celana pendek dan berkemeja sederhana. Keunikannya ini bahkan membuat Bob sempat diusir dari gedung DPR karena mengenakan celana pendek. Seperti biasa, Bob pun hanya menjawabnya dengan kelakar:
"Mending mana? Saya pakai celana pendek tapi beli pakai uang sendiri atau celana panjang tapi pakai uang rakyat? Hahahahaha.”
Nilai menjadi diri sendiri memang amat Bob junjung tinggi. Ia tidak ingin menjadi fotokopi siapapun dalam menjalani hari. Prinsip ini juga yang ditekankan Bob pada mereka yang ingin menuai kesuksesan seperti dirinya,
“Saya tidak pernah mau membagikan kunci sukses saya. Karena sekali lagi, semua itu ya mengalir saja. Lagipula kalau orang meniru saya, apa bedanya mereka dengan mesin fotokopi? Hina sekali jadi fotokopinya Bob Sadino. Kalau ada orang yang bertanya pada saya, saya bilang, “Ya jalankan saja. Alami saja pengalaman yang Anda alami.”  
9. Sampai Akhir Nafasnya Bob Sadino Tetap Hidup Sederhana Sebagai Manusia. Ia Tak Pernah Merasa Lebih Dari Orang-Orang di Sekitarnya
Sampai akhir hayat Bob tetap sederhana sebagai manusia
Sampai akhir hayatnya Bob menjalani hidup tetap dengan prinsip apa adanya. Pakaian dan penampilan tetap sederhana, khas malah dengan celana pendeknya. Rumahnya yang 2 hektar juga disebut sebagai memanfaatkan apa yang ada. Rumah itu merupakan eks-kebun Bob Sadino yang tidak terpakai, hingga dimanfaatkan sebagai rumah.
Bukan cuma soal gaya hidup. Bob pun dikenal sebagai atasan yang amat memanusiakan bawahannya. Tidak ada pegawai Kemchick dan Kemfood yang ia “comot” dari tengah, semua ia proses dari bawah agar tidak menimbulkan kecemburuan.
Di masa-masa akhir hidupnya Bob bahkan sudah malas menenteng titel “pengusaha.” Ia memilih menyebut dirinya sebagai pengangguran saja.
“Saya hanya penganggur. Tapi saya bisa ekspor ribuan ton ke Jepang. Saya punya kemchick sebagai supermarket, kemfood untuk daging olah dan saya punya 1.600 orang yang bekerja di perusahaan saya. Mau ngapain lagi saya? Jadi saya nganggur.”

Kisah Sukses "William Soeryadjaya" Pendiri PT. Astra

KISAH SUKSES "WILLIAM SOERYADJAYA" PENDIRI PT.ASTRA
Pendiri Astra William Soeryadjaya melalui PT Astra International menggurita dengan berbagai bisnisnya antaralain otomotif, pertambangan, alat berat, perkebunan, keuangan, infrastruktur dan lainnya.
Namun untuk memulai masing-masing lini tersebut tidaklah mudah, seperti sektor perkebunan yang saat ini di bawah naungan PT Astra Agro Lestari.Oom William memulai bisnis perkebunannya melalui proses cukup panjang. Ia tertarik ke bisnis pertanian dan perkebunan karena pada era 1970-an, Indonesia masih banyak impor pangan seperti beras, jagung, gula, dan kacang."Ini adalah peluang bisnis dengan potensi sangat besar yang tidak boleh luput dari rencana besar Astra ke depan," kata Oom William seperti dikutip dari buku 'Man of Honor Kehidupan, Semangat dan dan Kearifan William Soeryadjaya'
Ia punya keyakinan menjalankan bisnis pertanian sangat cerah karena pasarnya skala global dengan harga dolar, namun ongkos produksinya dengan rupiah. Keinginan Oom William ini ternyata tak direspons positif oleh para direksi Astra pada waktu itu, namun ia tetap nekat.
Akhirnya Wiliam mengeluarkan modal sendiri Rp 10 juta setelah gagal melobi bank untuk mendapat pinjaman. Ia membeli 5.600 hektar lahan di Nunyai Lampung Tengah, selanjutnya mendirikan PT Multi Agro Corporation 9 Juli 1973. Melalui perusahaan barunya ini ia menanam gandum, sorgum, dan jagung. Hasilnya, sangat mengecewakan, karena waktu itu Astra sangat awam dengan bidang pertanian.
William pun tak patah arang, ia pun mencoba mengembangkan tanaman singkong atau ubi kayu. Dari bisnis tanaman singkong ini, Oom William mulai memetik keuntungan sehingga bank mau meminjamkan modal untuk bisnis singkongnya. Tahun 1978 membangun pabrik tapioka dari bahan singkong. Multi Agro pun memperluas bisnis ke tanaman kelapa untuk mendapat keuntungan lebih cepat.
Kemudian pada tahun 1982, Oom William menangkap peluang bisnis perkebunan sawit. Langkah awalnya berbisnis sawit, ketika ia membeli 50% saham PT Tunggal Perkasa senilai US$ 3 juta, untuk mengelola sekitar 10.000 hektar sawit.
Melalui proses panjang, kemudian pada 3 Oktober 1988, Oom William membuat perusahaan PT Suryaraya Cakrawala sebagai perusahaan yang khusus bidang divisi agro yang mengelola perkebunan dan sawit. Kemudian berubah nama menjadi PT Astra Agro Niaga pada 1989. Selanjutnya pada 1997, perusahaanya merger dengan PT Suryaraya Bahtera, kemudian berganti nama jadi PT Astra Agro Lestari.
Hingga akhir pada 9 Desember 1997, PT Astra Agro Lestari mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, dengan menawarkan 125.800.000 lembar saham dengan harga Rp 1.550 per saham. Sebagai tambahan, saham PT Astra Agro Lestari Tbk tertinggi tahun 2012 sempat menembus Rp 24.000 per saham.Kini kontribusi PT Astra Agro Lestari cukup signifikan, padahal sebelumnya unit usaha ini sempat berkali-kali akan dilikuidasi. Dari laba Astra International 2011 sebesar Rp 17,79 triliun, sebanyak 13,99% berasal dari PT Astra Agro Lestari.

Kisah Sukses "Alim Markus" Pendiri Maspion

KISAH "ALIM MARKUS" PENDIRI MASPION
Maspion dan Alim Markus adalah dua nama yang tak terpisahkan. Di Jawa Timur, orang mengenal nama Maspion sebagai kelompok usaha besar, yang menjamah berbagai bidang usaha: industri peralatan rumah tanga, elektronik, perbankan, real estate hingga perbisida. Sedangkan Alim Markus dikenal sebagai Presiden Direktur Grup Maspion, yang mampu melambungkan nama Maspion sebagai salah satu kelompok usaha yang paling bersinar di Jawa Timur. Perkembangan Grup Maspion yang makin pesat belakangan ini memang tidak lepas dari sentuhan tangan dan kegigihan Alim Markus. Pria berperawakan sedang ini rela mengorbankan pendidikan dan masa kecilnya untuk mulai berkiprah di dunia bisnis. “Saya hanya mengenyam pendidikan sampai kelas dua SMP karena keburu membantu usaha orang tua,” menurut Markus. Ya, pada usia 15 tahun, sebagai anak tertua Alim Markus, lelaki yang kini berusia 44 tahun itu diminta untuk membantu bisnis keluarganya, PT Logam Djawa – produsen peralatan rumah tangga sederhana yang terbuat dari alumunium, seperti panci dan wajan. Mulailah Remaja cilik Markus meninggalkan pendidikan formal di Sekolah, dan memasuki ajang pendidikan yang lebih luas: dunia bisnis. Ia keluar masuk pasar dan toko untuk menjajakan barangnya. Bertemu dengan berbagai macam orang, dengan karakternya yang beragam. Dari pergaulan itulah ia menimbah ilmu yang tidak pernah diajarkan di Sekolah. Selain itu, karena merasa pendidikan formalnya kurang, Markus pun mau bersusah payah menambah ilmu di sela-sela kesibukannya menjalankan roda usaha. Ia mengambil berbagai kursus. “Pengetahuan saya dari Sekolah kan sangat minim, mau nggak mau saya harus belajar sendiri,” ujarnya. Maka, ia pun sibuk belajar akuntansi, bahasa Inggris dan Jepang – belakangan ia juga belajar bahasa Korea dan Jerman. Karena perusahaannya masih kecil, Markus pun kemudian menjelajah berbagai aspek dalam pengelolaan usaha. Selain menangani pemasaran dan distribusi, ia pernah menjadi kasir, pemegang buku, dan pekerjaan lainnya. “Karena saya membantu perusahaan sejak kecil sampai besar, maka saya mengalami semua seluk beluk perusahaan,” kata Markus. Berkat gemblengan masa lalunya, hingga kini Markus selalu ingin mengetahui bagaimana perkembangan bisnisnya. Jadi, misalnya, ketika berjalan-jalan di pabrik, ia bisa tahu berbagai proses produksi yang dijalani. Ia memang ingin mengetahui segala sesuatunya secara rinci. “Kita harus mengetahui dan menguasai semua bidang pekerjaan,” kata Markus. Tapi, itu tidak berarti dengan mengetahui secara mendalam semuanya lalu Markus mengerjakan sendiri. “Sebagai pimpinan kita harus bisa Mendelegasikan wewenang,” tuturnya. Cuma ia punya sikap yang jelas, Mendelegasikan wewenang adalah suatu keharusan, tapi dia tetap harus tahu secara rinci. “Kan banyak pengusaha yang bersikap, ‘Ngapain saya tahu secara detail, saya serahkan saja kepada orang sudah cukup.’ Nah, yang seperti itu bukan pengusaha betul. Kita boleh mengetahui, tapi jangan dikerjakan sendiri. Kalau dikerjakan sendiri, kapan selesainya dan kapan memimpin orang lain.” Agaknya, keterlibatan total Markus dalam pekerjaannya itulah yang membuat perusahaan keluarga Alim terus berkembang.
Keinginan Markus untuk maju juga kian menggebu-gebu. Seiring dengan perkembangan usaha, Markus makin rajin menimbah ilmu dari berbagai sumber: mulai dari kursus-kursus (kalau perlu ke luar negeri) hingga berbagai seminar, dan pergaulan dengan kalangan bisnis. Ia pun kerap menyerap gagasan dari berbagai buku yang dibacanya. Kenapa Markus demikian bersemangat menempah diri? “Orang yang tanpa pengetahuan tidak akan menjadi profesional,” kata Markus. Tapi, pengetahuan saja dianggap tidak cukup. Profesional saja masih kurang. Harus ada faktor lain, yakni punya kemauan keras, disiplin, dan ketekunan. “Kalau punya kemauan keras tapi gampang putus asa, itu tidak betul, harus tekun dan langgeng. Kemauan keras tapi tidak disiplin, itu juga salah. Dan yang tak kalah penting kemampuan membawahkan (leadership),” kata Markus, membeberkan kiatnya memimpin Maspion. Belajar sambil berbisnis itulah yang menempahnya hingga cepat matang. Tak heran jika dalam usia yang masih cukup muda, 30 tahun, Alim Markus pun tampil sebagai Presdir Grup Maspion, menggantikan posisi ayahnya pada 1980. Ketika itu, nama Logam Djawa tidak lagi “berbunyi”, karena sejak 1971 Markus bersama ayahnya mendirikan PT Maspion Plastic & Metal Manufacturing. Sejak itu nama Maspion berkibar, dikenal sebagai produsen alat-alat rumah tangga yang terbuat dari plastik dan alumunium. Di industri plastik, yang dihasilkan Maspion bukan Cuma rantang atau termos dan berbagai macam peralatan rumah tangga lainnya, tapi juga pipa PVC. Bahkan lebih ke hulu lagi, masuk ke produk bijih plastik. Demikian pula di alumunium, yang dihasilkan bukan lagi panci-panci sederhana, tapi dengan bahan yang lebih baik, stainless steel dan peralatan rumah tangga berlapis Teflon, serta aluminium untuk konstruksi.
Kini, puluhan perusahaan bernaung di bawah bendera Maspion – kepanjangan nama Mas Pionir. Karyawannya yang tersebar di tiga lokasi pabrik (Maspion Unit I, II dan III) ada 20.000 orang. Untuk memimpin perusahaan sebesar itu, Markus dibantu adik-adiknya: Alim Mulia Sastra, Alim Satria, dan Alim Prakasa. Seperti diketahui, Grup Maspion dibagi dalam beberapa divisi. Dan di setiap divisi, Markus berduet dengan salah satu adiknya. Misalnya, di Indal Alumunium Industry, penghasil peralatan rumah tangga dan berbagai jenis produk alimunium lainnya, Markus bersama Prakasa tampil sebagai pemimpin. “Kalau saya tidak ada, misalnya sedang keluar negeri, maka yang menangani perusahaan ya Pak Markus,” kata Prakasa. Saudaranya yang lain hanya sebatas pemegang saham. “Saham yang dimiliki sama besarnya, hanya saya yang lebih tinggi 5% di bandingkan adik-adik saya untuk setiap perusahaan Grup Maspion,” kata Markus. Dengan pembagian wewenang seperti itu, proses pengambilan keputusan bisa cepat. Misalnya, kalau ada usul untuk mengembangkan usaha di Indal, maka yang berbicara cukup Markus dengan Prakasa. Jika keduanya sepakat, rencana pun dijalankan. Jika tidak, maka perbedaan yang muncul di bawa ke rapat setiap Senin. Rapat yang diselenggarakan di kantor pusat Grup Maspion ini – di Jalan Kembang Jepun, Surabaya – juga dihadiri oleh pemegang saham mayoritas (50%) Grup Maspion, Alim Husein. Di situlah keluarga Alim (Alim Husein, Alim Markus, Alim Mulia Sastra, Alim Satria, Alim puspita dan Alim Prakasa) membicarakan berbagai hal penting yang menyangkut perkembangan Maspion. Bagi Prakasa, peran paling penting dari Markus dalam pengembangan bisnis Maspion adalah penataan sistem manajemennya yang dilakukan pada tahun 1980-an. “Pak Markus sangat memperhatikan penataan ini, mulai dari sistemnya hingga pengadaan perangkat komputer pada tahap awal pengembangan perusahaan,” kata Prakasa, yang baru terjun ke bisnis setelah meraih gelar MBA dari Kanada. Dalam mengembangkan usaha, Markus sangat selektif memilih mitra bisnis. “Kami selalu memilih mitra bisnis yang terbaik di bidangnya,” kata Markus. Umpamanya, Maspion menggandeng Du Pont (Amerika Serikat) yang memiliki teknologi Teflon – kemudian melebar ke industri agrokimia. Dan bermitra dengan Samsung (Korea Selatan) Maspion masuk ke industri elektronik dan electric home appliance, seperti kipas angin dan Setrika. Contoh lain, Raksasa Marubeni diajak bermitra untuk menghasilkan produk antikarat. Ketika membidik industri melamin, Maspion memilih mitra dari Thailand. “Peralatan makan melamin yang dihasilkan perusahaan Thailand itu paling tinggi mutunya di dunia,” kata Markus. Dengan memilih mitra yang paling menonjol prestasi teknologi atau penguasaan pasarnya, Maspion akhirnya mampu menghasilkan produk dengan kualitas tinggi. Itu sebabnya, pesanan dari mancanegara mengalir ke Maspion. Sebuah jaringan toserba di AS, misalnya, memesan peralatan masak yang khusus dipasarkan di Negara Paman Sam itu – Master Cuisine 9000.
Maspion kini sudah besar. Dan itu terjadi karena strategi ekspansi yang diterapkan Markus cukup mengena. “Kami menganut falsafah kalau kami menanam padi, hasilnya pun padi. Kalau kami menanamnya banyak, hasilnya juga banyak,” kata Markus. Jelas, bahwa di bawah kepemimpinan Markus, Maspion akan terus melakukan ekspansi, baik yang masih berkaitan dengan bisnis yang kini ditangani, atau sama sekali bidang usaha baru. Jangan tanyakan apa bisnis inti Grup Maspion. Sebab, bagi Markus, “Core business adalah bisnis yang bisa dikuasai.” Jadi, semua usaha yang dimasuki Maspion adalah bisnis inti. “Konsep saya lain. Kalau kami bisa bersaing dengan orang lain, itulah bisnis inti kami. Jadi, tak berarti saya hanya terjun ke satu industri, tanpa mengembangkan yang lain,” tuturnya serius. “Namanya usaha, ya segala bidang kami masuki,” ujarnya lagi. Bagi Markus, pengembangan usaha adalah hal yang perlu terus menerus dilakukan. Ibarat menanam pohon, kalau hanya bisa menanam lima pohon, lima itulah yang dipelihara sehingga manjadi besar. Setelah berbuah, tanam lagi pohon lain agar pohon yang ada di lahan usahanya bisa berkembang terus. “Dan di bidang itu kami harus menjadi market leader,” katanya. Itu dibuktikan dengan penguasaan pasar plastik peralatan rumah tangga nasional sebesar 30%, pipa PVC 40%, dan alumunium sheet 80%. Namun Markus juga sangat menekankan bahwa dalam pengembangan bisnis tidak perlu serakah. Sebab, kalau serakah, bisa diibaratkan, “Kita ingin menanam pohon sebanyak-banyaknya, tapi kewalahan menyirami dan memupuknya, sehingga hasilnya menjadi jelek.” Dalam menangkap peluang bisnis. Markus mengumpamakan seperti memburuk burung. Dan sebagai pemburu peluang, senjata utama pengusaha adalah permodalan. “Tanpa modal, kan tidak mungkin menjalankan usaha. Modal ini pun harus diakumulasikan, karena dengan modal kecil, usaha yang bisa dimasuki juga kecil,” kata Markus. Sedangkan kemampuan manajemen diibaratkan sebagai kemahiran menembak. “Kita harus aktif.
Peluang usaha adalah burung yang harus dikejar,” ujarnya. Nah, dalam memburu peluang itu, ketepatan waktu juga penting. Sebab, kalau tidak tepat, misalnya membidik terlalu lama, bisa saja tiba-tiba burung tersebut terbang dan kesempatan pun menghilang. “Harus punya keberanian untuk menembak pada saat yang tepat,” kata Markus. Dalam bekerja, semangat efisiensi sangat mewarnai gaya kerja dan penampilan Markus. Ruang kerjanya, misalnya, tidak terlalu besar dan transparan dengan dinding dari kaca tebal. Orang yang lalu lalang di depanya akan mengetahui apakah Markus ada di ruangan atau tidak. Apalagi pintu ruang kerjanya selalu terbuka. Semangat keterbukaan? Tidak persis dimaksudkan begitu. Yang diutamakan efisiensi. “You buka pintu saja sudah kehilangan waktu sekian detik. Kan sayang. Biarkan saja pintu terbuka, toh tidak ada nyamuknya,” kata Markus. Ia pun tidak khawatir gerak-geriknya terlihat oleh bawahannya. “Kalau sama karyawan tidak apa-apa. Tamu kan tidak akan nyelonong begitu saja karena sudah sering di bawah. Sekretaris saya pun bisa menghadap orang sembarangan,” kata Markus. Kepercayaan Markus pada “filternya” memang tidak belebihan. Begitu masuk ke kantor pusatnya di lantai pertama, orang akan segera berhadapan dengan petugas yang akan menanyakan maksud kedatangan orang itu. Jika diizinkan bertemu dengan bos Maspion, tinggal naik tangga ke lantai dua, dan akan berhadapan dengan empat, ya empat sekretaris Alim Markus. “Sekretaris saya memang empat. Tapi semuanya efisien, bekerja penuh. Coba you lihat kalau masuk ke kantor saya, tidak ada orang yang membaca koran. Semua bekerja,” kata Markus. Tidakkah pekerjaan para sekretaris itu bertabrakan satu sama lain? “Tidak. Pekerjaan kami terbagi dalam beberapa masalah. Apalagi Maspion kan perusahaan besar, ada puluhan perusahaan, sehingga permasalahan pun banyak,” kata Wati, yang mengurus bidang umum. Sedangkan untuk urusan jadwal kegiatan Markus, Catherine yang mengatur. Begitulah, jika di luar kantor, atau sedang melaju di atas mobilnya, Markus tinggal mengecek kepada Catherine, apakah ada orang yang mencarinya. Jika ada, ia tinggal menghubunginya. Atau menanyakan persoalan yang mesti diselesaikan pada sekretaris lain jika menyangkut bidang usaha yang dibawahinya. Soal real estate, misalnya, akan langsung berhubungan dengan Setyowati.
Markus, efisien menggunakan waktunya. Setiap hari, bangun pukul 5.00, lalu segera meluncur ke lapangan golf. Dari tempat olah raga, ia tidak balik ke rumah. “Saya mandi dan sarapan di tempat golf, dan langsung ke kantor,” kata Markus. Sebelum pukul 08.00 Markus sudah tenggelam dalam urusan kantor hingga sore hari. Karena itu, sepulang kerja, waktunya dicurahkan untuk keluarga. Markus pantang membawa pekerjaan ke rumah. Demikian pula isterinya, Srijanti, sama sekali tidak pernah menjamah atau merecoki pekerjaan suaminya atau urusan kantor. Jadi, setelah pulang dari kantor, di rumah waktu Markus dihabiskan untuk keluarga, dengan sang isteri dan dua anaknya yang masih kecil. Lima anaknya yang lain bersekolah di Singapura. Praktis rumah di atas lahan seluas 1.800 meter persegi luas bangunannya sekitar 250 meter persegi yang ditata apik itu terasa lengang. Dengan 47 pabrik dan 20.000 karyawan, sebenarnya Maspion dan keluarga alim sudah boleh disebut sukses. Toh, Alim Markus masih merasa bisa mengembangkan kelompok usahanya untuk menjadi lebih besar lagi. Di benaknya sudah tergambar “peta” perkembangan yang akan ditempuh dalam 5 – 10 tahun mendatang. “Jika disituasi ekonomi dan politik tetap stabil seperti sekarang, kami bisa terus berkembang dan menampung tenaga kerja sampai 50.000,” ujarnya. Impian yang cukup “berani”. Soalnya, jangankan mengurus karyawan puluhan ribu, mengelola karyawan yang jumlahnya ratusan saja bisa bikin kelenger.- apalagi kalau muncul aksi mogok. Maspion pun pernah merasakan bagaimana kacaunya situasi ketika para pekerja mogok pada tahun 1993 lalu.
Jika di perusahaan lain tuntutan utama pemogokan biasanya menyangkut penyesuaian upah atau gaji, di Maspion lain, karena tingkat upah di kelompok perusahaan ini memang selalu di atas upah minimal yang ditetapkan Pemerintah. Justru karena upahnya yang sudah lumayan itulah, Maspion terhindar dari pemogokan. Ketika aksi mogok merebak di Surabaya, seorang pejabat di sana menunjuk Maspion sebagai contoh perusahaan besar yang tak pernah dilanda pemogokan, dan meminta pengusaha di Surabaya mencontoh Maspion. Markus ingat persis omongan pejabat itu diucapkan pada bulan Juni 1993. “Eh, tak tahunya pada bulan Juli karyawan Maspion mulai mogok,” kata Markus. Yang menyulut pemogokan, menurut Markus, karena persoalan normatif. Para karyawan meminta agar pimpinan pabrik salah satu unit usahanya dipecat. Alasannya, kepala pabrik tersebut terlalu singkat memberi waktu istirahat, Cuma 39 menit, yang dinilai para karyawan tidak cukup untuk dipakai makan siang dan sembahyang. Apalagi jika hari Jum’at, karyawan harus pontang-panting makan dan sholat Jum’at. Telat sedikit, mereka disemprot pimpinan, lengkap dengan ancaman pemecatan. Situasi itulah yang membuat karyawan mangkir kerja. Markus akhirnya mencopot pimpinan pabrik yang sok kuasa itu, dan memutasikannya ke bagian lain. Ternyata kejadian itu diikuti oleh karyawan bagian lain. Mereka merasa mendapat angin mogok dan meminta pimpinan yang tidak disukai dipecat. Sialnya, ketika aksi mogok digelar terjadi kebakaran di tiga pabrik, “Di Maspion unit 1 kan ada 15 pabrik, yang mogok itu empat pabrik,” kata Markus. Permintaan para karyawan untuk memecat atasannya masing-masing di pabrik kedua, ketiga, dan keempat, ditampik Markus. Ia meminta supaya perselisihkan antara karyawan dan pimpinannya diselesaikan secara hukum. “Siapa yang merasa dirugikan, silakan melapor ke Depnaker atau melalui kepolisian dan ke pengadilan,” kata Markus. Kejadian itu memberi hikmat kepada Markus untuk lebih memperhatikan aspek nongaji karyawannya. Markus, kini setiap Sabtu sore 200 – 300 karyawan Maspion Unit 1 diangkut untuk berolahraga; senam atau lari atau pertandingan antarpabrik. “Mereka berolahraga dan kami menghitung waktu olahraga itu sebagai lembur,” kata Markus. Saat berolahraga itulah, kebersamaan karyawan dengan pimpinannya digalang. Energi para karyawan yang masih muda-muda pun tersalur secara positif.

Kisah Singkat Perjalanan Hidup Hironobu Sakaguchi Pembuat Game Final Fantasy

KISAH SINGKAT PERJALANAN HIDUP HIRONOBU SAKAGUCHI PEMBUAT GAME FINAL FANTASY
Hironobu Sakaguchi (1962) dulu menjabat Direktur Perencanaan dan Pengembangan untuk Square Co., Ltd. Ia adalah pencipta seri permainan Final Fantasy. Pada tahun 1991 ia diberi kehormatan menjabat Wakil Presiden Eksekutif dan tak lama berselang ditunjuk menjadi Presiden Square USA, Inc. Pada tahun 2001, ia mendirikan he Mistwalker, yang mulai beroperasi tiga tahun kemudian.
Sakaguchi bersama-sama Masafumi Miyamoto mendirikan Square pada tahun 1983. Permainan-permainan pertama mereka sangat tidak sukses. Ia lalu memutuskan untuk menciptakan pekerjaan terakhirnya dalam industri permainan dengan seluruh sisa uang Square, dan menamakannya Final Fantasy. Permainan ini, di luar perkiraannya sendiri, ternyata melejit, dan ia membatalkan rencana pensiunnya. Ia kemudian memulai kelanjutan permainan ini dan saat ini telah dibuat Tiga belas permainan Final Fantasy. Setelah enam permainan pertama dipasarkan, ia lebih berperan sebagai produser eksektuif untuk seri ini dan juga banyak permainan Square lainnya.
Sakaguchi memiliki karir yang panjang dalam industri permainan dengan penjualan lebih dari 80 juta unit permainan video di seluruh dunia. Sakaguchi mengambil lompatan dari permainan ke film saat ia mengambil peran sebagai sutradara film dalam Final Fantasy: The Spirits Within, sebuah film animasi yang didasari dari seri permainan terkenalnya Final Fantasy. Akan tetapi, film ini ternyata gagal dan menjadi salah satu film yang paling merugi dalam sejarah perfilman, dengan kerugian lebih dari 120 juta USD yang berujung dengan ditutupnya Square Pictures. Sakaguchi lalu diturunkan dari posisi eksekutif Square. Kejadian ini juga mengurangi keuangan Square dan akhirnya membawa Square bergabung dengan saingannya Enix, menjadi Square Enix. Sakaguchi lalu mengundurkan diri dari Square dan mendirikan Mistwalker dengan dukungan finansial dari Microsoft Game Studios.
Pada tahun 2001, Sakaguchi menjadi orang ketiga yang masuk dalam Academy of Interactive Arts and Science’ Hall of Fame. Pada bulan Februari 2005 diumumkan bahwa perusahaan Sakaguchi, Mistwalker, akan bekerja sama dengan Microsoft Game Studios untuk memproduksi dua permainan role-playing game untuk Xbox 360.
Pelajaran berharga: Dari awal karier, beliau banyak mengalami kegagalan, namun beliau tidak pernah menyerah hingga akhirnya menciptakan seri “Final Fantasy” yang sangat di nantikan kehadirannya, bahkan di puncak kariernya beliau kembali menghadapi kegagalan melalui proyek kontroversialnya (Final Fantasy : Spirit Whitin) yang mengakibatkan penurunan jabatan dan penutupan “Square Pictures” hingga akhirnya pengunduran dirinya dari Square.
Namun itu bukan akhir dari beliau, tapi menjadi loncatan bagi dia untuk kembali bangkit.

Kisah Perjalanan Hidup "Steve Jobs" Pencipta Apple

KISAH PERJALANAN HIDUP "STEVE JOBS" PENCIPTA APPLE
Siapa yang tidak tau produk-produk Apple? mulai dari Personal Computer, Notebook, Tablet, Mp3-Player, hingga Smart Phone dan lain-lainnya, sperti yang di bawah ini:
Dan bagaimanakan cerita kehidupan orang hebat ini yang mampu mengubah perkembangan teknologi dunia dan terkenal dengan kecanggihannya dibanding dengan brand elektronik lainnya. berikut ceritanya:
Satu tahun yang lalu, adalah hari kepergian Steve Jobs, tokoh besar di balik Apple.Situs Apple memperingatinya dengan memuat video memorial pada halaman utamanya serta secarik surat pendek dari Tim Cook, CEO Apple saat ini.
Namun, bagaimana perjalanan hidup Steve Jobs sebenarnya? Besar sebagai anak angkat, perjalanan hidup Steve Jobs memang tidak mudah. Namun, ia membuktikan bahwa keteguhan hati akan membuat perubahan bagi hidup seseorang; bahkan perubahan bagi dunia. Berikut ini kisahnya.
Meskipun berat, keputusan Joanne sudah bulat. Ia akan merelakan bayi yang dikandungnya untuk diadopsi. Bukan tidak sayang, namun ia dipaksa keadaan. Ayahnya tidak merestui hubungannya dengan Abdullah Jandali, kekasih sekaligus ayah bayi yang dikandungnya itu. Namun Joanne ingin menjamin masa depan bayinya, sehingga ia mengajukan satu syarat: anaknya harus diadopsi pasangan bergelar sarjana.
Kandidat utama orang tua angkat itu sebenarnya adalah seorang pengacara. Namun ketika pada Joanne melahirkan seorang bayi di tanggal 24 Februari 1955, pasangan tersebut menarik diri. Mereka mencari seorang bayi perempuan, sementara Joanne melahirkan bayi laki-laki. Akhirnya dicarilah pasangan lain, yaitu Paul dan Clara Jobs.
Masalahnya, Clara tidak pernah lulus kuliah; Paul bahkan tidak pernah lulus SMA. Joanne sempat bimbang, namun akhirnya rela melepas anak laki-laki tersebut setelah pasangan Jobs memberi menjamin: anak laki-laki itu suatu hari akan kuliah.
Dari kisah dramatis itulah, kisah seorang pria bernama Steve Jobs dimulai.
Masa Kecil Jobs
Sedikit ironis bahwa orang tua biologisnya justru menikah setelah Steve Jobs diadopsi dan memiliki satu orang anak lagi, Mona Simpson. Steve Jobs sendiri baru mengetahui tentang orang tua kandungnya itu pada usia 27 tahun.
Jobs kecil tinggal di seputaran Silicon Valley, maka tak heran kalau kecintaannya terhadap benda-benda elektronik sangat besar. Di sini mulai terlihat bakatnya dalam mengutak-atik benda elektronik, termasuk komputer pada jaman itu.
Saat SMA, di sela-sela waktu luangnya Jobs sering berkunjung ke Hewlett-Packard. Di sanalah dia bertemu dengan Steve Wozniak – yang dipanggil Woz – seorang insinyur komputer yang sangat cerdas. Meski Woz lebih tua lima tahun, tetapi karena kesamaan minat, mereka cepat menjadi akrab.
Meski cerdas dan inovatif, Jobs selalu bermasalah dengan pendidikan formalnya. Di sekolah, dia terkenal siswa yang bengal. Bahkan Jobs hanya kuliah selama satu semester dan memutuskan drop-out. Jobs lebih suka masuk ke kelas seni tipografi dan kelas-kelas spiritual.
Akhirnya, sekitar tahun 1974, Jobs nekat pergi ke India untuk mencari pencerahan spiritual, meninggalkan karier yang baru saja dirintisnya sebagai desainer video game di Atari.
Era Silicon Valley
Setelah kembali ke Silicon Valley, Jobs banyak bekerja bersama dengan Woz yang saat itu mengembangkan komputer berukuran “kecil”, hanya terdiri dari sebuah papan sirkuit. Karena relatif kecil, tentunya komputer ini juga akan murah bila nantinya diproduksi. Dan ternyata memang banyak yang suka dengan kreasi Woz ini.
Naluri bisnis Jobs bergejolak. Dia sadar, bila berhasil diproduksi, komputer kecil tersebut akan laris. Jobs lalu mulai merombak garasinya menjadi workshop untuk memproduksi komputer tersebut. Kemudian terciptalah Apple I.
Woz terus mengembangkan komputer tersebut dan terciptalah Apple II pada tahun 1977. Apple II ini jauh lebih canggih daripada Apple I. Sadar akan potensi bisnis yang terpendam pada komputer Apple II ini, Steve lalu mencari suntikan modal. Dia berhasil meyakinkan Mike Markkula yang akhirnya memberikan suntikan dana sebesar US$250.000.
Proyek Lisa dan Tersingkirnya Jobs
Apple kemudian mendapat tantangan dari IBM, perusahaan yang sudah lebih dahulu mapan. IBM berencana untuk segera masuk ke pasar dengan memproduksi personal computer.
Demi mempertahankan diri, Apple kemudian mengembangkan proyek yang dinamai Lisa, dipimpin sendiri oleh Jobs. Lisa diperkirakan bakal menjadi terobosan baru di dunia komputer, karena menggunakan antarmuka grafis. Namun kenyataan pahit harus diterima oleh Jobs. Dia “ditendang” dari proyek Lisa karena dianggap manajer yang terlalu temperamental.
Dengan bara dendam yang menyala, Jobs kemudian membuat proyek sendiri yang disebut Macintosh.
Tujuannya adalah membuat komputer grafis yang lebih murah daripada Lisa dan jauh lebih mudah dioperasikan, sehingga diharapkan akan menggerogoti pasar Lisa.Mac memang akhirnya terbukti lebih sukses ketimbang Apple III dan Lisa. Tetapi mungkin karena kekacauan yang tercipta akibat perseteruan internal tersebut, ditambah lagi persaingan ketat dari IBM, perlahan dominasi Apple memudar. Ini akhirnya berakibat Jobs bukan cuma tersingkir dari sebuah proyek tapi nantinya tersingkir pula dari Apple.
Semula Jobs “disingkirkan” dari posisi manajerial. Dia hanya menempati posisi chairman of the board. Gatal karena memang panggilannya adalah membuat komputer yang canggih, Jobs berencana mendirikan perusahaan baru bernama NeXT dengan membawa serta beberapa insinyur dan tenagamarketing terbaik dari divisi Mac.
Ketika dia memberitahukan hal ini ke jajaran direksi Apple, mereka spontan menolaknya dan bahkan mengancam untuk memperkarakan ke pengadilan. Inilah yang akhirnya membuat Jobs meninggalkan Apple dan menjual saham-sahamnya.
Dalam sekejap saja, Apple telah menjadi perusahaan besar. Pada tahun 1980, nilai perusahaan telah mencapai US$1,2 miliar dan penghasilan Jobs telah mencapai US$200 juta.
Pembelian Pixar
Setelah keluar dari Apple, Jobs benar-benar mendirikan NeXT pada tahun 1985, dengan visi membuat sebuah komputer yang terbaik, baik dari segi hardware, software, maupun dalam proses pembuatannya.
Pada tahun 1986, Jobs membeli divisi komputer grafis Lucasfilm, perusahaan yang memproduksi film-film Star Wars dan Indiana Jones. Perusahaan baru ini akhirnya diberi nama Pixar.
Pixar berkonsentrasi membuat perangkat keras grafis 3D, misalnya scanner yang bisa menampilkan gambaran tubuh manusia secara 3D untuk keperluan medis.
Namun produk perangkat keras NeXT dan Pixar rupanya terlalu canggih dan sulit diterima pasar. Apalagi kecanggihannya itu sudah tentu harus ditebus dengan harga yang mahal. NeXT dan Pixar berada di ambang kegagalan yang membuat keduanya gonjang-ganjing. Akhirnya untuk menghindari kebangkrutan, NeXT dan Pixar sama-sama menghentikan produksi perangkat keras dan berfokus di perangkat lunak. NeXT di bidang bisnis dan Pixar di bidang animasi 3D.
Pixar lebih beruntung dibandingkan dengan NeXT karena akhirnya mampu memproduksi animasi-animasi 3D di bidang periklanan dan otomatis bisa hidup dari pendapatan membuat film iklan tersebut. Animasi iklan yang diproduksi Pixar rupanya menarik minat studio Disney yang menawarkan kerja sama untuk membuat film animasi. Itu terjadi pada tahun 1991. Tapi entah kenapa, pada tahun 1993 pihak Disney membatalkan kontrak tersebut.
John Lasseter, kepala divisi Pixar, akhirnya mencoba meyakinkan Disney dengan menyempurnakan skrip film animasi tersebut. Untunglah kali ini proyek tersebut terus berjalan hingga pada tahun 1995 dirilislah sebuah film berjudul “Toy Story”. Dan seperti yang sama-sama kita ketahui, film tersebut mendulang sukses yang luar biasa. Nama Jobs juga tertulis di film tersebut sebagai produser.
Lagi-lagi insting bisnis Jobs berbicara. Memanfaatkan momentum suksesnya “Toy Story”, ditambahbrand image Disney yang memang kuat mencengkeram di bidang animasi, Jobs membawa Pixar go public. Hasilnya tidak main-main. Saham Pixar sukses di Wall Street dan kekayaan Jobs yang memegang 80% saham Pixar melonjak menjadi lebih daripada US$1,5 miliar!
Kontras dengan bangkitnya Jobs di bisnis TI, Apple justru memasuki masa-masa suram. Apple tak mampu menghadang kreativitas Microsoft yang kala itu menelurkan Windows 95. Penjualan Mac turun drastis dan Apple terancam bangkrut.
Apple segera menunjuk CEO baru yaitu Gil Amelio yang diharapkan mampu menyelamatkan perusahaan tersebut. Langkah awal yang dilakukan Gil Amelio adalah menyegarkan sistem operasi Mac yang saat itu sudah tidak lagi up-to-date.
Yang terpilih sebagai calon penerus MacOS adalah NeXTSTEP, sistem operasi buatan NeXT. Maka, Apple merogoh kocek hingga US$ 400 juta untuk mengakuisisi NeXT di tahun 1995. Dan kembalilah Steve Jobs ke perusahaan yang pernah “durhaka” padanya sepuluh tahun sebelumnya.
Kembalinya Jobs ke Apple
Di bawah Gil Amelio, Apple tak kunjung membaik. Bahkan di kuartal pertama 1997, kerugian Apple mencapai US$700 juta. Direksi akhirnya memutuskan untuk mendepak Gil Amelio karena “prestasi”-nya tersebut dan menunjuk Steve Jobs untuk menjadi pejabat CEO.
Segeralah Jobs melakukan berbagai efisiensi dan inovasi di sana-sini. Bagaimanapun, dialah yang mendirikan Apple. Tentu dia tak rela jika Apple harus runtuh begitu saja. Ratusan proyek yang dianggap tak lagi punya masa depan dihentikan. Produksi hardware dipersempit hingga menjadi empat macam saja. Jobs bahkan memutuskan untuk menghentikan perselisihan paten dengan Microsoft. Slogan baru juga dicanangkan, yaitu “Think Different”, yang menyebarkan ide bahwa pengguna Mac adalah pemimpi yang dapat mengubah dunia.
Akhirnya perlahan tapi pasti, kepercayaan diri Apple meningkat kembali, walau kejayaan itu tidak serta merta kembali. Dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun sebelum Apple kembali menjadi penantang serius di dunia TI
Pada tahun 1998, Steve bersama Apple memperkenalkan komputer desktop yang benar-benar revolusioner, iMac.
Desainnya yang unik dan berwarna cerah mampu menjungkirbalikkan desain monoton saat itu yang melulu berwarna hitam atau beige. Inilah produk Apple yang benar-benar inovatif sejak 1984!
Bayangkan, tanpa Steve Jobs, selama 14 tahun Apple ternyata tidak mampu menelurkan produk-produk yang inovatif. Dan hanya tiga tahun dibutuhkan oleh Jobs setelah kembali ke Apple untuk membawanya kembali ke papan atas.
Apple makin bersinar ketika menelurkan MacOS X pada tahun 2001.
Inipun sebenarnya buah tangan dingin Jobs, karena MacOS X aslinya hanyalah “rebranding” dari NeXTSTEP. MacOS X menjadi sangat penting karena akhirnya di atas platform ini muncul berbagai aplikasi yang mendukung strategi digital hub yang dicanangkan Apple.
Strategi ini dipaparkan oleh Jobs pada even Macworld San Francisco, pada bulan Januari 2001. Saat itu Jobs membeberkan visinya mengenai komputer personal. Meskipun para analis memperkirakan bahwa kelak komputer personal akan “hilang” dan digantikan oleh terminal internet, Jobs percaya bahwa komputer akan berevolusi menjadi peranti digital yang mendukung gaya hidup digital. Komputer akan berubah menjadi perangkat yang mampu menjembatani berbagai perkakas digital seperti kamera digital (baik foto maupun video), pemutar MP3, telpon genggam, dan lain-lain.
Visi ini akhirnya membawa Apple untuk menghasilkan berbagai produk aplikasi yang digolongkan sebagai iApps, yaitu iMovie (1999), iTunes (2001), iDVD (2001), iPhoto (2002), iCal dan iSync (2002), GarageBand (2004), dan iWeb (2006). Berbagai peranti tersebut boleh dibilang merupakan amunisi untuk meraih kembali pangsa pasar komputer personal yang terlalu didominasi oleh Microsoft dengan Windows-nya.
iPod, Pemicu Kesuksesan Apple
Yang tak disangka-sangka, kilau gemilang Apple justru berawal dari perangkat iPod, yang semula bahkan oleh Jobs sendiri dipandang sebelah mata. Saat itu Jobs sebenarnya ingin fokus mengembangkan peranti desktop video. Namun ia segera menyadari bahwa hal tersebut masih belum lazim.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, bahwa membuat perangkat yang memiliki lompatan teknologi terlalu jauh justru mubazir, Jobs lalu memutuskan untuk lebih mengembangkan pemutar MP3 untuk Apple. Saat itu memang musik digital sedang menjadi isu yang sangat hangat-hangatnya.
iPod akhirnya juga membawa Apple untuk terjun ke bisnis musik digital dengan mendirikan iTunes Music Store.
Menurunnya Kondisi Jobs
Pada tahun 2003, Jobs terserang kanker pankreas. Sebenarnya kanker ini bukanlah jenis yang mematikan jika segera dioperasi. Tapi sayangnya Jobs menolak opsi untuk dioperasi. Dia lebih memilih untuk menjalani terapi yang berasal dari negara-negara Timur.
Meski akhirnya setuju juga untuk dioperasi, namun nampaknya sudah terlambat. Kanker inilah yang terus menggerogoti kesehatannya. Di tahun 2009, Jobs tidak lagi tampil di berbagai event dimana ia mestinya tampil.
Namun kanker sepertinya bukan halangan bagi Jobs untuk terus berinovasi. Tahun 2007, Apple kembali menggebrak dengan produk inovatifnya, iPhone. Bahkan di tahun 2010, ia mengejutkan banyak orang dengan kembali tampil di berbagai event, termasuk ketika memperkenalkan iPad.
Tetapi Jobs akhirnya menyerah juga. Pada bulan Agustus 2011 lalu, ia menyampaikan permohonan pengunduran dirinya dari Apple. Dan belum genap sebulan setelahnya, ia pun pulang menghadap Sang Pencipta.

Perjalanan Karir "Tirto Utomo" Pendiri Perusahaan Aqua

PERJALANAN KARIR "TIRTO UTOMO" PENDIRI PERUSAHAAN AQUA
Pak Tirto yang lahir pada Maret 1930 bekerja di perusahaan asing ketika masih muda. Ketika tamu perusahaannya yang orang asing berkunjung ke Indonesia, banyak yang mengeluh soal air minum. Mereka banyak yang sakit perut, atau sekedar tidak suka rasa air minum saat itu, yang memang hanya direbus dari air tanah. Selain itu, Pak Tirto yang juga sering ditugaskan ke luar negeri oleh perusahaannya, mengamati bahwa di luar negeri, sudah banyak sekali air mineral dalam botol yang dijual dan dikonsumsi secara bebas. “Wah, di Indonesia tidak ada nih, “ pikir beliau saat itu. Pak Tirto mulai menangkap adanya peluang air putih dalam kemasan yang saat itu tidak ada di Indonesia.
Pak Tirto pun memutuskan untuk belajar mengenai cara membuat air minum dalam kemasan ke Bangkok, Thailand. Saat itu, dia sampai ditertawakan oleh Bapak Ibnu Sutowo, salah satu petinggi militer Indonesia. Bapak Ibnu Sutowo sempat mengatakan, “Tirto, kamu itu kok aneh-aneh. Di Indonesia ini air sampai banjir-banjir, lah kok kamu mau jualan air putih”. Wajar saja kalau Pak Ibnu berpendapat seperti itu, karena di Indonesia memang semua orang minum langsung dari rebusan air tanah, tidak ada industry air minum sama sekali.
Namun, Pak Tirto menunjukkan ketangguhannya. Ciri-ciri seorang entrepreneur dengan jelas dia perlihatkan, sikap pantang menyerah! Beliau sangat yakin bahwa Aqua akan maju dengan cepat, karena memang tidak mempunyai saingan di Indonesia. Maka beliau memutuskan keluar dari perusahaan dan membangun pabrik Aqua di Bekasi pada tahun 1973. Ada cerita menarik ketika Pak Tirto akan membuat Aqua ini. Nama awal Aqua adalah Puritas. Namun, ketika Pak Tirto membuat logonya, desainer logo tersebut memberikan saran bahwa nama Puritas terlalu sulit untuk dilafalkan, dan menyarankan memakai nama Aqua saja yang artinya air. Pak Tirto langsung senang dan mengganti nama Puritas menjadi Aqua. Produksi segera dimulai pada tahun 1974 dan mulai dijual pada Oktober 1974. Semua sudah sesuai rancangan, optimism membumbung tinggi, kesuksesan di ujung mata, dan… Aqua TIDAK LAKU!!
Pasar Indonesia masih belum bisa menerima air minum dalam botol. Mereka menganggap minum air rebus dari air tanah sudah cukup. Penjualan terus merosot, sampai 3 tahun terpaksa Pak Tirto memberikan ultimatum pada timnya. Kalau sampai tiap bulan masih harus ada investasi tambahan untuk biaya operasional, maka terpaksa aqua harus ditutup. Akhirnya, tim penjualan mengujicoba konsep ekstrem. Harga Aqua dinaikkan tinggi, dengan harapan margin semakin besar untuk menutup kerugian. Ajaibnya, jumlah penjualan bukannya turun, malah naik dengan sangat drastis! Itulah titik balik kebangkitan Aqua.
Pasar Aqua ketika itu masih terbatas orang asing atau ekspatriat yang bekerja di Indonesia. Contohnya salah satu perusahaan Korea yang mengerjakan proyek tol Jagorawi menjadi pelanggan setia Aqua. Kalau pekerja Indonesia hanya minum kopi atau teh, justru ekspat di perusahaan tersebut hanya minum air putih botolan merk Aqua. Pada tahun 1984, barulah Aqua masuk ke pasar lokal, namun masih sangat eksklusif di toko-toko tertentu. Sudah mulai ada pelanggan tetap air galonan, namun sangat terbatas di kalangan eskpatriat. Saat itu, di pasar air dalam kemasan yang laris terjual dan ada di hampir semua toko adalah berwarna merah (tidak perlu menyebut merknya, namun saya rasa anda pasti sudah tahu merk apa itu). Aqua sendiri hampir tidak terlihat di pasaran.
Namun bukan Pak Tirto namanya kalau menyerah begitu saja. Beliau mempunyai cita-cita di setiap toko, ada warna biru (logo Aqua berwarna biru) diantara warna merah. Dimulailah strategi guerilla marketing ala Pak Tirto. Dimulai di kota Jakarta, setiap warung dan pedagang rokok diber 3 botol gratis pada awalnya. Waktu itu tim penjualan banyak yang bertanya pada Pak Tirto, “loh pak kok Cuma 3 botol?”. Namun beliau justru menjawab, dengan hanya 3 botol tiap toko, maka setiap 2 botol laku, tinggal 1 botol. Hal ini akan membuat kesan Aqua sangat laris. Mulailah ketika 3 botol itu habis, warung-warung dan pedagang rokok memesan ulang Aqua, dan kali ini sudah membayar, tidak lagi gratis.
Strategi distribusi ini memang kelihatan sederhana, namun berhasil membuat Aqua tersebar dimana-mana. Dengan cepat masyarakat lokal bisa menemukan Aqua di pedagang kecil, pasar, restoran, dan hotel sekalipun. Target Pak Tirto juga sangat tinggi. Sekian persen untuk pasar, sekian persen untuk restoran, sekian persen untuk hotel, yang penting Aqua ada dimana-mana. Perlahan pengakuan masyarakat terhadap merk Aqua pun mulai timbul, meskipun masih sangat kecil. Masih banyak yang merasa aneh kenapa mereka harus membeli air dalam botol, ketika air rebus dari air tanah masih bisa diminum.
Kembali lagi kecemerlangan strategi bisnis Pak Tirto keluar. Aqua berusaha mengasosiasikan produknya dengan “air minum sehat”. Mereka berusaha mengedukasi pasar bahwa air minum botolan lebih segar dan sehat daripada air rebusan. Caranya? Dengan cara memberikan banyak sponsorship pada acara-acara olahraga dan anak muda. Puncaknya, Aqua menjadi salah satu sponsor PON, Pekan Olahraga Nasional yang merupakan kompetisi olahraga terbesar nasional. Akhirnya mindset terbentuk pada masyarakat, Aqua ini airnya atlet, airnya orang sehat, jadi kalau mau sehat, ya harus minum Aqua. Mindset kuat ini berhasil membuat market dari air minum dalam kemasan menjadi besar, dan Aqua pun menjadi booming di masyarakat.
Seperti layaknya gadis yang semakin cantik dan sexy, pasar air minum dalam kemasan yang membesar pun tampak sangat sexy di mata banyak orang. Akhirnya kompetitor atau pesaing pun mulai bermunculan. Aqua yang awalnya menjadi single player di industri ini, mendadak harus bersaing dengan beberapa kompetitor sekaligus. Internal perusahaan menjadi tidak tenang, mereka takut Aqua kalah dalam persaingan.
Sekali lagi, Pak Tirto menunjukkan kelasnya sebagai pengusaha sukses yang telah matang. Beliau hadir bagaikan obat penenang untuk internal perusahaan. Bukannya kawatir, Pak Tirto malah bersyukur dengan kehadiran kompetitor tersebut.Beliau berkata, “Jangan takut sama kompetitor, rangkullah mereka. Karena dengan competitor, saya yakin industri semakin maju. Berarti masyarakat justru akan semakin teredukasi tentang sehatnya air minum kemasan ”. Ketenangan ala Pak Tirto ini menyuntikkan semangat baru pada internal perusahaan Aqua. Resiko sebagai pioneer adalah diserang berbagai pihak pesaing. Bukannya stress atau tertekan, Pak Tirto itu justru suka tertawa sambil menggelengkan kepalanya dengan lucu. Beliau adalah orang yang berpikiran sangat positif, sederhana, dan menyenangkan bagi banyak pihak.
Guncangan terbesar Aqua terjadi ketika sosok penenang sekaligus bapak dari semua karyawan Aqua, Pak Tirto, meninggal di usianya yang ke 64 tahun. Praktis ketika beliau meninggal pada tanggal 16 Maret 1994, hari itu juga menjadi hari terkelam dalam sejarah Aqua. Pihak internal perusahaan sekali lagi sempat kehilangan arah. Mungkin kalau dibandingkan dengan dunia bisnis modern, bagi Aqua, kehilangan Pak Tirto sama saja dengan kehilangan Steve Jobs bagi Apple. Pihak manajemen merasa Aqua membutuhkan sosok kuat yang sudah berpengalaman, yang mempunyai karakter yang sama dengan Pak Tirto.Maka dengan niatan tersebut, kerjasama historis dengan Danone dari Prancis pun terwujud. Danone yang merupakan salah satu perusahaan air minum dalam kemasan terbesar di dunia adalah solusi terbaik bagi Aqua untuk mewujudkan cita-cita Pak Tirto. Kerjasama antara Aqua dan Danone semakin memantapkan posisi Aqua sebagai air minum terbesar di Indonesia. Cita-cita Pak Tirto untuk membuat warna biru sejajar dengan warna merah pun semakin mendekati kenyataan.

Kisah Perjalanan Hidup Presiden Joko Widodo

KISAH PERJALANAN HIDUP PRESIDEN JOKO WIDODO
Ir. H. Joko Widodo yang lahir di Surakarta, 21 Juni 1961 lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi adalah pengusaha mebel dan Beliau merupakan Walikota Surakarta (Solo) selama dua kali masa bakti 2005-2015. Dalam masa jabatannya, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. Ketika itu, dia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tahun 2012 ini, Beliau bersama dengan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (Ahok) menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dan selanjutnya menjadi Presiden Indonesia bersama wakilnya Jusuf Kalla.
BIODATA JOKOWI - JOKO WIDODO : 
Nama Populer : Jokowi
Nama Lengkap : Ir. Joko Widodo
Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Partai politik : PDI Perjuangan
Istri : Ny. Hj. Iriana Joko Widodo
Anak: Gibran Rakabumi Raka, Kahiyang Ayu, Kaesang Pangerap
Agama : Islam -
Hobby : Penikmat musik rock
Riwayat Pendidikan : - SDN 111 Tirtoyoso Solo, SMPN 1 Solo, SMAN 6 Solo - Almamater : Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Pekerjaan : Pengusaha, Eksportir Mebel, Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta dan Presiden Indonesia ke-7
Jokowi kecil sempat merasakan pahitnya kehidupan saat rumahnya tergusur. Rumah petak sekaligus tempat usaha kayu ayahnya di daerah Cinderejo Lor, digusur dan dijadikan pusat jasa travel. Sang bunda menuturkan bahwa Jokowi kecil adalah sosok pendiam, namun pandai bergaul. Jokowi sebagai orang yang selalu mengalah untuk menghindari pertengkaran. Sikap tersebut diwarisi dari kedua orangtuanya yang selalu mengajarkan makna ikhlas dan bertanggung jawab.
Jokowi selalu berjalan kaki menuju sekolahnya, disaat temanya bersepeda ontel. Kala itu sekolah tidak terlalu jauh dari rumah dan cukup berjalan kaki. Bakti kepada orangtua ditunjukkan lewat sikap juga sejumlah prestasi. Saat menjadi Walikota Solo hingga menjadi Gubernur DKI Jakarta, orang tidak pernah menyangka perjalanan hidup Joko kecil anak tukang kayu itu kini menjadi orang nomor satu di Indonesia.
Setelah lulus SMA kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada lulus tahun 1985, dirinya merantau ke Aceh dan bekerja di salah satu BUMN. Ia kembali ke Solo dan bekerja di Perusahaan yang bergerak di bidang perkayuan, CV. Roda Jati. Tahun 1998 dirinya memulai berbisnis sendiri bermodal dari pengalaman yang dimiliki. Dengan kerja keras, ketekunan dan keuletan, akhirnya Jokowi berhasil mengembangkan bisnisnya dan menjadi seorang eksportir mebel.
Pada tahun 2005 Jokowi memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Walikota Solo bersama partai politik PDI Perjuangan. Banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel dan taman ini bahkan hingga saat terpilih menjadi Walikota Solo. Selama kepemimpinannya, Solo banyak mengalami kemajuan oleh gebrakan progresif dilakukannya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya. 
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah Konferensi Organisasi Kota-kota Warisan Dunia pada bulan Oktober 2008. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran. Oleh Majalah Tempo, Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari "10 Tokoh 2008"

Kisah Sukses Mantan Petugas Keamanan "FAUZI SALEH"

KISAH SUKSES MANTAN PETUGAS KEAMANAN "FAUZI SALEH"
Fauzi Saleh, contoh seorang pengusaha sukses sekaligus dermawan. Ini berkat kompak dengan karyawannya. Derai tawa dan langgam bicaranya khas betawi. Itulah gaya H. Fauzi Saleh dalam meladeni tamunya.Pengusaha perumahan mewah Pesona Depok dan Pesona Khayangan yang hanya lulusan SMP tersebut memang lahir dan dibesarkan di kawasan Tanah Abang, Jakarta. Setamat dari SMP pada tahun 1966, beliau telah merasakan kerasnya kehidupan di ibukota.
Saat itu Fauzi terpaksa bekerja sebagai pencuci mobil di sebuah bengkel dengan gaji Rp 700 per minggu. Bahkan delapan tahun silam, dia masih dikenal sebagai penjaga gudang di sebuah perusahaan. Tapi, kehidupan ibarat roda yang berputar.Sekarang posisi ayah 6 anak yang berusia 45 tahun ini sedang berada diatas. Pada hari ulang tahunnya itu, pria bertubuh kecil ini memberikan 50 unit mobil kepada 50 dari sekitar 100 karyawan tetapnya. Selain itu para karyawan tetap dan sekitar 2.000 buruh mendapat bonus sebulan gaji. Total Dalam setahun, karyawan dan buruhnya mendapat 22 kali gaji sebagai tambahan, 3 bulan gaji saat Idul Fitri, 2 bulan gaji saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Haji, dan 1 bulan gaji saat 17 Agustus, tahun baru dan hari ulang tahun Fauzi. Selain itu, setiap karyawan dan buruh mendapat Rp 5.000 saat selesai shalat Jumat dari masjid miliknya di kompleks perumahan Pesona Depok.
Sikap dermawan ini tampaknya tak lepas dari pandangan Fauzi, yang menilai orang-orang yang bekerja padanya sebagai kekasih. “Karena mereka bekerjalah saya mendapat rezeki.”, katanya. Manajemen kasih sayang yang diterapkan Fauzi ternyata ampuh untuk memajukan perusahaan. Seluruh karyawan bekerja bahu-membahu. “Mereka seperti bekerja di perusahaan sendiri.” Katanya.
Prinsip manajemen “Bismillah” itu telah dilakukan ketika mulai berusaha pada tahun 1989 silam, yaitu setelah dia berhenti bekerja sebagai petugas keamanan. Berbekal uang simpanan dari hasil ngobyek sebagai tukang taman,sebesar 30 juta, beliau kemudian membeli tanah 6 x 15 meter sekaligus membangun rumah di jalan jatipadang, jakarta selatan.
Untuk menyiapkan rumah itu secara utuh diperlukan tambahan dana sebesar 10 juta. Meski demikian, Fauzi tidak berputus asa. Setiap malam jumat, Fauzi dan pekerjanya sebanyak 12 orang, selalu melakukan wirid Yasiin, zikir dan memanjatkan doa agar usaha yang sedang mereka rintis bisa berhasil. Mungkin karena usaha itu dimulai dengan sikap pasrah, rumah itupun siap juga. Nasib baik memihak Fauzi. Rumah yang beliau bangun itu laku Rp 51 juta. Uang hasil penjualan itu selanjutnya digunakan untuk membeli tanah, membangun rumah, dan menjual kembali. Begitu seterusnya, hingga pada 1992 usaha Fauzi membesar. Tahun itu, lewat PT. Pedoman Tata Bangun yang beliau dirikan, Fauzi mulai membangun 470 unit rumah mewah Pesona Depok 1 dan dilanjutkan dengan 360 unit rumah pesona Depok 2. Selanjutnya dibangun pula Pesona Khayangan yang juga di Depok. Kini telah dibangun Pesona Khayangan 1 sebanyak 500 unit rumah dan pesona khayangan 2 sebanyak 1100 unit rumah. Sedangkan pesona khayangan 3 dan 4 masih dalam tahap pematangan tanah.
Harga rumah group pesona milik Fauzi tersebut antara 200 juta hingga 600 juta per unit. Yang menarik tradisi pengajian setiap malam jumat yang dilakukannya sejak awal, tidak ditinggalkan. Sekali dalam sebulan, dia menggelar pengajian akbar yang disebut dengan pesona dzikir yang dihadiri seluruh buruh, keluarga dan kerabat di komplek pesona khayangan pertengahan september lalu, ada sekitar 4.000 orang yang hadir. Setiap orang yang hadir mendapatkan sarung dan 3 stel gamis untuk shalat. Setelah itu, ketika beranjak pulang, setiap orang tanpa kecuali, diberi nasi kotak dan uang Rp 10.000. tidak mengherankan, suasana berlangsung sangat akrab. Mereka saling bersalaman dan berpelukan. Tidak ada perbedaan antara bawahan dan atasan. Menurut Fauzi, beliau sendiri tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti ini.“Ini semua dari Alloh. Saya tidak ada apa2nya.” Kata pria yang sehari-hari berpenampilan sederhana ini. Karena menyadari bahwa semua harta itu pemberian Alloh, Fauzi tidak lupa mengembalikannya dalam bentuk infak dan shadaqoh kepada yang membutuhkan. Tercatat, beberapa masjid telah dia bangun dan sejumlah kaum dhuafa dan janda telah disantuninya. Usaha yang dijalankannya tersebut, menurut Fauzi ibarat menanam padi. “Dengan bertanam padi, rumput dan ilalang akan tumbuh. Ini berbeda kalau kita bertanam rumput, padi tidak akan tumbuh”. Kata Fauzi.
Artinya, Fauzi tidak menginginkan hasil usaha untuk dirinya sendiri. “Saya hanya mengambil, sekedarnya, selebihnya digunakan untuk kesejahteraan karyawan dan sosial.” Katanya.Sekitar 60 % keuntungan digunakan untuk kegiatan sosial, sedangkan selebihnya dipakai sebagai modal usaha. Sejak empat tahun lalu, ada Rp 70 milyar yang digunakan untuk kegiatan sosial.“Jadi, keuntungan perusahaan ini adalah nol.” Kata Fauzi. ” Jika setiap bangun pagi , kita bisa mensyukuri dengan tulus apa yang telah kita miliki hari ini, niscaya sepanjang hari kita bisa menikmati hidup ini dengan bahagia”

1001 Kegagalan Dibalik Kesuksesan "SHOICHIRO HONDA"

1001 KEGAGALAN DIBALIK KESUKSESAN SOICHIRO HONDA
Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dikeluarkan dari kuliah. Namun ia terus bermimpi dan bermimpi...
Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki "raja jalanan".
Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru.
"Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda," tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap lever.
Kecintaannya kepada mesin, mungkin 'warisan' dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya.
Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.
Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.
Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.
Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif.
Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.
Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih?Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.
Kuliah Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.
"Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya, " ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah.
Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.
Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidakmemberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibahdatang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.
Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.
Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor" cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga.
Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobinya, menjadi "raja" jalanan dunia, termasuk Indonesia.
Bagi Honda, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru.

Kisah Dibalik Kesuksesan "Bill Gates" Pendiri Microsoft

KISAH DIBALIK KESUKSESAN "BILL GATES" PENDIRI MICROSOFT
William Henry Gates III atau lebih terkenal dengan sebutan Bill Gates, lahir di Seattle, Washington pada tanggal 28 Oktober 1955. Ayah Bill, Bill Gates Jr., bekerja di sebuah firma hukum sebagai seorang pengacara dan ibunya, Mary, adalah seorang mantan guru. Sejak kecil Bill mempunyai hobi “hiking”,bahkan hingga kini pun kegiatan ini masih sering dilakukannya bila ia sedang “berpikir”.

Bill kecil mampu dengan mudah melewati masa Sekolah Dasar dengan nilai sangat memuaskan, terutama dalam pelajaran IPA dan Matematika. Mengetahui hal ini, orang tua Bill kemudian menyekolahkannya di sebuah sekolah swasta yang terkenal dengan pembinaan akademik yang baik, bernama Lakeside. Pada saat itu , Lakeside baru saja membeli sebuah komputer, dan dalam waktu seminggu, Bill Gates, Paul Allen dan beberapa siswa lainnya (sebagian besar nantinya menjadi programer pertama Microsoft) sudah menghabiskan semua jam pelajaran komputer untuk satu tahun.

Kemampuan komputer Bill Gates sudah diakui sejak dia masih bersekolah di Lakeside. Tahun 1968, Bill Gates, Paul Allen, dan dua hackers lainnya disewa oleh Computer Center Corp. Dan disinilah mereka mulai mengembangkan kemampuan menuju pembentukan Microsoft, 7 tahun kemudian. Selanjutnya kemampuan Bill Gates semakin terasah. Bekerja sebagai debugger di perusahaan kontraktor pertahanan TRW, dan sebagai penanggungjawab komputerisasi jadwal sekolah, melengkapi pengalaman Bill Gates.

Musim gugur 1973, Bill Gates berangkat menuju Harvard University dan terdaftar sebagai siswa fakultas hukum. Bahkan salah seorang guru Bill mengatakan bahwa Bill adalah programer yang luar biasa jenius, namun juga seorang manusia yang menyebalkan. Desember 1974, saat hendak mengunjungi Bill Gates, Paul Allen membaca artikel majalah Popular Electronics dengan judul “World`s First Microcomputer Kit to Rival Commercial Models”. Dia mengatakan bahwa dia dan Allen telah membuat BASIC yang dapat digunakan pada Altair. Setahun kemudian Bill Gates meninggalkan Harvard dan mendirikan Microsoft.

Jika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja. Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut. Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya.

Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang. Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.

Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.

Ketika ia bosan dengan Harvard, Gates melamar pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan komputer di daerah Boston. Gates mendorong Paul Allen untuk mencoba melamar sebagai pembuat program di Honey-well agar keduanya dapat melanjutkan impian mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak.

Pada suatu hari di bulan Desember yang beku, Paul Allen melihat sampul depan majalah Popular Mechanics, terbitan Januari 1975, yaitu gambar komputer mikro rakitan baru yang revolusioner MITS Altair 8080 (komputer kecil ini menjadi cikal bakal PC di kemudian hari). Kemudian Allen menemui Gates dan membujuknya bahwa mereka harus mengembangkan sebuah bahasa untuk mesin kecil sederhana itu. Dari sana pula mereka mempunyai mimpi, tersedianya sebuah komputer di setiap meja tulis dan di setiap rumah tangga. Semangat Allen dan Gates tidak percuma, dan dari sana mereka mendirikan perusahaan Microsoft. Dan hampir setiap orang mengenal Bill Gates sebagai orang terkaya di dunia saat ini.

Kisah Sukses Pendiri KFC Kolonel "Herland Sanders" Setelah Di Tolak 1009 Kali

KISAH SUKSES PENDIRI KFC KOLONEL "HERLAND SANDERS" SETELAH DITOLAK 1009 KALI
Nama Kolonel Sanders pasti tidak terdengar asing lagi di telinga kita. Ya, Ia adalah pendiri Kentucky Fried Chicken (KFC) yang sangat terkenal itu.
Menurutmu, bagaimana ia bisa seterkenal seperti sekarang ini? Apakah ia lahir di keluarga kaya yang memungkinkannya untuk mewujudkan segala cita-citanya dengan mudah? Atau ia adalah orang yang beruntung begitu saja tanpa melakukan apa-apa? Mungkin ada banyak orang yang berpikir seperti itu. Tetapi cerita sesungguhnya sangatlah jauh dari yang kita bayangkan.
Kolonel Harland Sanders lahir pada tanggal 9 September 1890 di Henryville, Indiana, Amerika Serikat. Pada usia 6 tahun, ayahnya meninggal dan Ibunya sudah tidak mampu bekerja lagi sehingga Harland muda harus menjaga adik laki-lakinya yang baru berumur 3 tahun. Dengan kondisi ini ia harus memasak untuk keluarganya. Di masa ini dia sudah mulai menunjukkan kebolehannya. Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat memasak.
Pada usia 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya di dekat pertanian dengan gaji 2 dolar sebulan. Selepas itu, ia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun. Pertama, sebagai tukang parkir pada usia 15 tahun di New Albany, Indiana dan kemudian menjadi tentara yang dikirim ke Kuba. Setelah Ia menjadi pensiunan Angkatan Darat Amerika, Ia hanya hidup dari tunjangan hari tuanya.
Hari demi hari, uang tunjangan itu semakin menipis. Ia lalu berpikir tentang apa yang dapat Ia lakukan untuk orang lain. Lalu jawaban pertama yang Ia dapatkan adalah menawarkan resep ayam goreng yang Ia punya. Temannya menyukai ayam goreng buatannya, dan Ia berpikir bahwa resep ayam goreng itu juga akan disukai oleh banyak orang. Akhirnya, pada usia 65 tahun, Ia mulai menawarkan resep itu ke restoran-restoran.
Akan tetapi, banyak orang yang menertawakan dan menolaknya. Berapa kali Kolonel Sanders ditolak? Ia pernah ditolak 1009 kali! Ia berjuang selama 2 tahun menjelajahi Amerika dengan mobil tuanya. Tidur di mobil, dan bangun di pagi hari dengan kondisi siap untuk menawarkan resepnya pada restoran baru. Dan akhirnya, idenya diterima dengan sukses besar!! Ia telah mendengar 1009 kata "Tidak" sebelum akhirnya Ia mendengar kata "Ya". Pemenang bukanlah orang yang tidak pernah gagal, melainkan mereka tidak pernah menyerah.
Saat ini, KFC telah memiliki lebih dari 18000 outlet yang tersebar di 120 negara dengan penghasilan 15 miliar dollar Amerika setiap tahunnya. KFC telah berkembang menjadi salah satu bisnis waralaba yang paling menguntungkan di seluruh dunia.

Bagaimana Seorang "John Schnatter" Si Pencuci Piring Bisa Mendirikan Perusahaan Pizza

BAGAIMANA SEORANG JOHN SCHNATTER SANG PENCUCI PIRING BISA MENDIRIKAN PERUSAHAAN PIZZA
Pada tahun 1984, John Schnatter membeli peralatan senilai $1600 dari sebuah restoran bekas, mengaturnya di lemari sapu di belakang kedai ayahnya, dan mulai membuat pizza. Usaha inilah yang kemudian jadi cikal bakal Papa John, waralaba pizza global yang menghasilkan 1,4 miliar dolar atau 18 triliun rupiah pada penjualan mereka tahun lalu.
“Sayalah American Dream,” kata Schnatter bulan lalu dikutip dari Entrepreneur.com selama National Small Business Week.
Schnatter mendapatkan ide untuk mendirikan Papa John pada usia 15, saat mencuci piring di sebuah tempat pizza bernama Rocky, di kampung halamannya, Jeffersonville, Indianapolis. Ketika Rocky sibuk, Schnatter akan ditarik dari tempat cuci piring untuk membuat pizza. Dia menaruh perhatian.
Di sini, Schnatter mengembangkan pemahaman yang tajam tentang apa yang diinginkan pelanggan. “Kami membuat pizza tepat di mana kami mencuci piring. Jika kita membuat pizza yang tepat, piring akan kembali kosong. Jika tidak, piring kembali setengah dimakan.”
Selain belajar bagaimana membuat kue yang baik, Schnatter menyadari bahwa sementara waralaba nasional akan mengantarkan pizza ke pintu Anda, akan tetapi toko-toko lokal, milik perorangan, yang membuat produk dengan kualitas yang lebih tinggi, tidak menyediakan layanan pengiriman. Menyadari kesenjangan ini, Schnatter mendapatkan dasar untuk rencana bisnis Papa John: Dia akan membuat pizza berkualitas dan mengirimkannya.
Setelah lulus dari Ball State University, Schnatter pindah rumah. Bar ayahnya, Mick Lounge, sedang berjuang secara finansial. Untuk menjaga bar itu tetap mengapung, Schnatter menjual mobil Camaro tahun 1972 miliknya. Dengan bisnis bar ayahnya pada pijakan yang lebih stabil, ia memutuskan untuk merealisasikan ide toko pizza nya. Dia membeli peralatan restoran bekas dan mulai membuat pizza dari gudang ayahnya. “Kami menjual pizza senilai $ 5 di belakang, dan bir 50 sen di depan.”
Schattner melampaui harapan awalnya sendiri. “Tujuan asli Papa John adalah untuk membuat $ 50 ribu setahun dan memiliki $ 50 ribu di bank, sehingga saya bisa mendapatkan kencan,” katanya.
Ketika ia membuka sebuah lokasi nyata, di luar lemari sapu, di samping Mick Lounge, dia berhasil melakukan sekitar $ 9.000 penjualan selama seminggu, sementara waralaba nasional hanya menghasilkan $ 6.000 dalam seminggu. “Jadi kami melakukannya. Jika kami bisa mengalahkan mereka di salah satu toko, kami bisa mengalahkan mereka di seluruh dunia. Saya memikirkannya pada usia 22 tahun.”
Saat ini, ada 4.500 lokasi waralaba Papa John. 700 di antaranya milik Schattner dan korporasi Papa John sendiri. Sisanya, 3.800 toko pizza, semua beroperasi secara independen.
Schattner tidak melupakan perjuangannya. Beberapa tahun yang lalu, ia kembali untuk menemukan Camaro 1972 yang sama yang harus ia jual untuk membantu menjaga bar ayahnya terbuka. Dia membayar pada pemiliknya seharga $ 250.000 untuk mendapatkannya kembali, dan mengatakan bahwa mobil itu adalah pengingat baginya bahwa kerja keras dan pengorbanan akan lunas dalam jangka panjang.

Amancio Ortega : Anak Buruh Kereta Api Yang Termasuk Orang Sukses Terkaya Ke-3 Di Dunia

AMANCIO ORTEGA : ANAK BURUH KERETA API YANG TERMASUK ORANG SUKSES TERKAYA KE-3 DI DUNIA
Setelah Bill Gates dan Carlos Slim Helu, ada nama seorang Amancio Ortega Gaona sebagai orang terkaya di dunia. Hanya sedikit yang pernah mendengar namanya. Memang, profilnya sangat rahasia. Dia menghindari tampil di muka umum, dan menolak semua permintaan wawancara. Sampai tahun 1999, tidak ada foto Ortega yang pernah diterbitkan di manapun.
Namun, jauh di belahan bumi lainnya, di Paris, Milan, New York, bahkan Indonesia, Ortega berhasil membangun kerajaan fashion yang menjangkau lebih dari 80 negara. Anda pasti mengenal "Zara". Ya, Ortega adalah "pendiri Zara". Dan net worth Ortega diperkirakan mencapai $ 56 miliar.
Akan tetapi, siapa sangka bahwa orang terkaya ketiga di dunia ini berasal dari keluarga pelosok yang miskin? Ortega adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ia lahir di Busdongo de Arbas, sebuah dusun berpopulasi 60 orang di Spanyol, pada tahun 1936, ketika Perang Saudara meletus di Spanyol. Ayahnya bekerja sebagai pekerja kereta api, sementara ibunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Ketika Amancio masih kecil, keluarganya pindah ke La Coruña. Di sana, rumahnya tidak lain adalah sebuah rumah petak yang berbatasan dengan rel kereta api yang  sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat tinggal para pekerja rel kereta api.
Amancio mungkin akan bergabung ke dalam industri kereta api juga, jika tidak mengalami satu malam yang mengubah hidupnya, ketika dia berusia 13 tahun. Berjalan pulang dari sekolah, ia dan ibunya berhenti di sebuah toko lokal, di mana sang ibu memohon agar boleh berhutang.
Dia mendengar seseorang berkata, "Señora, saya tidak bisa memberikan ini kepada Anda. Anda harus membayarnya,” kata Covadonga O’Shea, seorang teman lama Ortega yang menjalankan sebuah sekolah fashion di Universitas Navarra di Madrid dan menulis biografi resmi tunggal dari Ortega, The Man From Zara. “Dia merasa begitu terhina, sehingga ia memutuskan ia tidak akan pernah kembali ke sekolah.
Nyaris remaja, Ortega menemukan pekerjaan sebagai pelayan toko untuk pembuat baju lokal bernama Gala. Pada 16, Ortega menyimpulkan bahwa uang bisa didapatkan dengan cepat ketika dia bisa memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan, daripada membeli stok dengan harapan akan menjualnya habis. Maka, dia harus mencari tahu apa yang benar-benar diinginkan orang lain, kemudian membuatnya. Ortega kemudian menemukan lingkungan yang ideal: Galicia. Dengan sedikit kesempatan kerja, ribuan orang melaut. Mereka meninggalkan istri mereka berjuang sendirian di rumah.
“Para wanita akan melakukan apa saja untuk sedikit uang, dan mereka benar-benar pandai menjahit,” kata Blanco, yang ikut menulis sebuah buku biografi tidak resmi berjudul Amancio Ortega: From Zero to Zara.
Ortega mulai mengorganisir ribuan perempuan membentuk korporasi menjahit. Memiliki uang tunai yang cukup, Ortega membuka toko pertamanya di tahun 1975, dua blok dari tempat kerjanya di masa remaja, Gala. Dia menamakannya Zara.
Butuh waktu 10 tahun bagi Ortega untuk mendirikan perusahaan induk, Inditex, dan membuka gerai internasional pertamanya di Portugal, yang mana sumber daya manusianya lebih murah daripada Spanyol.
Kini gerai baru Zara akan terbuka setiap harinya. Toko ke 6.000 Inditex baru saja diluncurkan di London Oxford Street. Sekarang, ada 46 toko Zara di Amerika Serikat, 347 di Cina, dan 1.938 di Spanyol.
Ortega membangun kerajaannya pada dua aturan dasar: Berikan pelanggan apa yang mereka inginkan, dan berikan lebih cepat daripada orang lain. Kedua prinsip yang dipelajarinya dari Gala inilah yang jadi rahasia sukses menakjubkan Inditex.
Di dalam pabrik Inditex tampak seperti dunia sci-fi bercampur dengan bagian ritel kuno. Operasi mereka didasarkan pada dua aturan dasar Ortega. Hal ini membuat mereka mampu terus restocking dengan kecepatan tinggi. Karyawan Inditex bekerja cepat dan efisien: Desainer menciptakan sekitar tiga item sehari, dan pembuat pola memotong satu sampel dari masing-masing. Dan di samping mereka, duduk seorang spesialis komersial penjualan, masing-masing dengan keahlian regional, yang membedah selera dan kebiasaan pelanggan menggunakan laporan penjualan dari manajer toko Zara untuk melihat apa yang memiliki daya jual tinggi dan apa yang pelanggan cari.
Yang mengherankan, Ortega tidak pernah memiliki kantor. Bahkan sekarang, orang ketiga terkaya di dunia itu duduk di meja di ujung ruang kerja terbuka di bagian pakaian wanita. Ortega lebih memilih kain untuk disentuh daripada memo untuk dibaca.
Gaya kerja Ortega dan kemampuannya untuk terhubung dengan setiap karyawan, bahkan karyawan tingkat rendah menaikkan pertanyaan yang menarik: Apakah gaya eksekutifnya akan lebih hirarkis dan konvensional jika ia berasal dari sebuah keluarga istimewa dan dengan gelar MBA , bukan dari kemiskinan dan sedikit pendidikan? “Kemiskinan jelas membentuk siapa dia,” kata Blanco, penulis biografi tidak resmi itu. “Ada rasa lapar akan kesuksesan di sana. Tunjukkan setiap petinju hebat yang tidak berasal dari latar belakang semacam ini. ”
Semi pensiun, Ortega kini tinggal rumah lima lantai menghadap di laut di daerah La Coruña, di jalanan kota yang sibuk, dengan keamanan yang jelas sedikit. Dia makan sarapan setiap pagi (telur dan kentang goreng) dengan kenalannya di klub pengusaha La Coruña, dan beristirahat di akhir pekan ke rumah keluarga besarnya, di mana dia mengguling kambing dan ayam bakar dan mengumpulkan anak-anaknya yang sudah dewasa. Seperti sebuah kebiasaan, Ortega akan mencurahkan waktu seminggu dalam setahun untuk mendaki rute ke Galicia.
Zara bisa saja berubah. Akan tetapi orang yang membangun raksasa ritel itu akan selalu jadi pahlawan bagi yang berasal dari sebuah pedusunan. Pernah, ketika bepergian ke pembukaan gerai Zara di Manhattan, Ortega menyaksikan pembeli tumpah-tumpah di luaran gerai. Dia begitu terharu sampai harus mengurung diri di kamar mandi dan menangis. “Tidak ada yang boleh melihat air mata mengalir di wajah saya,” katanya kepada O’Shea. “Dapatkah kamu membayangkan bagaimana jika orang tua saya melihatnya? Betapa bangganya mereka karena putra mereka telah menguasai Amerika, mulai dari kota kecil yang hilang di penghujung utara Spanyol!”
Nah, sepenggal cerita dari Amancio Ortega telah memberikan motivasi bahwa semua orang, dari kalangan apapun ia berasal, sepahit apa hidupnya , Suatu saat akan berubah dengan semangan , tekat dan keberanian.
Soo ?!   Jangan patah semangat, kita boleh miakin hartaa tapi jangan sampai kita miskin cita-cita .

Kisah Larry Ellison Pendiri "Oracle"

KISAH LARRY ELLISON PENDIRI "ORACLE"
Lawrence (Larry) Ellison adalah pendiri Oracle, perusahaan pembuat software terbesar kedua dunia saat ini. Seperti pengusaha di bidang teknologi informasi lainnya yang kebanyakan drop-out perguruan tinggi, Larry pun demikian. Ia keluar dari University of Illinois pada tahun kedua kuliah. Setelah itu ia membangun kariernya sebagai ahli data system. Ia tertarik mendirikan Oracle pada tahun 1977 setelah terinspirasi dari paper karya Edgar F. Codd mengenai database system berjudul “Relational Model of Data for Large Shared Data Banks.”
Ketika pertama kali mengetahui bahwa kedua orang tuanya bukanlah orang tua kandungnya, Larry merasa hidup terlalu kejam padanya. Layaknya bocah 12 tahun lainnya, ia menanggapinya dengan perasaan kecewa yang mendalam. Kehidupannya, yang bisa dibilang jauh dari memuaskan, membuat jiwa pemberontak tumbuh di dalam dirinya. Larry tidak sadar, bahwa kerasnya kehidupan yang ia rasakan kelak akan menempanya menjadi salah satu orang paling sukses didunia.
Dibesarkan Orangtua Angkat berdarah Yahudi, Lawrence Joseph Ellison lahir pada 17 Agustus 1944 di Bronx, New York. Ibunya, Florence Spellman, saat itu baru berusia 19 tahun dan belum menikah. Siapa ayahnya hingga kini masih menjadi misteri. Pada usia 9 bulan, Larry terkena penyakit pneumonia. Ia lalu diserahkan pada bibinya di Chigago untuk diadopsi.
Maka sejak saat itu, Larry dibesarkan oleh Lilian Spellman Ellison dan suaminya, Louis Ellison. Dari kedua orang tua angkatnya inilah Larry memperoleh nama Ellison. Mereka tinggal disebuah apartemen sederhana di South Shore, Chigago, di mana banyak keturunan Yahudi kelas menengah ke bawah tinggal.
Larry kecil, meskipun menyimpan jiwa pemberontak didalam dirinya, dia adalah anak yang cerdas. Ia terutama sekali menyukai pelajaran matematika dan ilmu pasti. Ketika berumur 12 tahun, ia baru mengetahui bahwa ia bukanlah anak kandung keluarga Ellison. Hal ini cukup membuatnya menyerah, tapi ia tidak menyerah.
Setelah lulus SMA, Larry melanjutkan kuliah di fakultas Fisika Universita Illinois, Urbana, Champaign. Larry mengingat ibu angkatnya sebagai sosok yang hangat dan penuh cinta. Sebaliknya, ayah angkatnya memiliki sifat yang keras, kurang mendukung dan tidak ramah. Peruntungan Larry berubah ketika ibu angkatnya meninggal. Selama ini, ibu angkatnya inilah yang menjadi sandaran ekonomi keluarga mereka. Akibatnya, Larry terpaksa berhenti kuliah pada akhir tahun kedua masa studinya. Meski begitu ia sempat menyabet penghargaan sebagai Science Student of The Year.
Larry Ellison lalu memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk kehidupan dia dan ayahnya. Segala macam pekerjaan dilakoninya. Sisa dari penghasilan, sedikit demi sedikit ditabungnya. Ia memiliki impian, suatu waktu nanti dapat melanjutkan kuliahnya dengan biaya sendiri.
Setelah tabungannya terkumpul agak banyak, Larry mendaftar pada Univeritas Chigago. Hanya satu semester ia kuliah. Rupanya dana yang dimiliki Larry tidak cukup untuk membiayai semua kebutuhan pendidikannya. Ia pun lalu keluar dari tempat itu, lagi-lagi karena terkendala masalah dana.
MENERJUNI DUNIA KOMPUTER
Ayahnya yang memang dikenal sebagai sosok yang kurang mendukung, meyakinkan Larry bahwa ia tidak dapat berbuat apapun untuk hidupnya. Larry tidak putus asa. Kata-kata ayahnya ini justru dijadikannya cambuk untuk memilih nasibnya sendiri. Larry ingin memberikan bukti pada ayahnya bahwa ia bukanlah seperti yang ayahnya kira.Sebagai pengganti kuliahnya, Larry memilih mengambil kursus komputer dengan biaya relative murah. Ia bekerja di departemen store untuk membiayai hidupnya dan juga kursusnya. Di tempat kursus inilah ia mulai menumbuhkan kecintaannya terhadap dunia komputer.
MEMBANGUN ORACLE
Setelah selesai kursus, Larry memutuskan pindah ke Berkeley California. Dengan membawa sedikit uang, hanya cukup untuk membeli fast food, ia bertekad memperoleh penghidupan yang lebih layak, Bermodalkan ijasah kursusnya, selama delapan tahun berikutnya Larry terus berpindah-pindah kerja. Awalnya, ia bekerja sebagai teknisi computer di Fireman’s Fund. lalu bekerja di Bank Wells Fargo, juga sebagai teknisi komputer.
Karier Larry baru benar benar berkembang setelah ia bekerja di Ampex sebagai programmer. Ketika bekerja ditempat ini, Larry menciptakan sebuah system database canggih yang dinamakan Oracle. Oracle diciptakan setelah Larry membaca makalah yang ditulis oleh Edgar F Codd berjudul “A Relational Model of data for Large Shared Data Bank”. Atasan Codd di IBM mungkin gagal melihat nilai komersil dari pemikirannya, namun tidak dengan Larry. Jiwa bisnis larry berkata bahwa konsep Structured Query Language (SQL) hasil pemikiran Codd jika dikembangkan dengan tepat akan mendatangkan banyak uang.
Maka pada tahun 1977, bersama dengan CEO Ampex, Robet Miner dan rekannya Ed Oates, Larry mendirikan perusahaan miliknya sendiri dengan nama Software Development Labs. Modal yang digunakan hanya sebesar $2000 USD. Tahun 1979, nama perusahaan ini berganti menjadi Relational Software Incorporation sebelum berubah lagi menjadi Oracle Corporation di tahun 1983.
Perusahaan ini berhasil memenangkan kontrak membangun system manajemen database relational milik Central Intelligent Agency (CIA). Sukses dengan pekerjaan pertamanya, Oracle kebanjiran pesanan. Perusahaan-perusahaan besar macam Wright Patterson Air Force Base dan IBM telah menanti untuk digarap. Nama Oracle pun menanti untuk berkibar.
PELAJARAN DARI LARRY ELLISON : TOTALITAS ADALAH SEGALANYA !!
Dengan serangkaian strategy akuisisinya, Larry Ellison berhasil menambah market sharenya dari Oracle. Larry juga pernah menjabat sebagai direktur di Apple Computer Inc, berjasa membawa Oracle menjadi perusahaan software terbesar kedua didunia setelah Microsoft. Ia dikabarkan getol mengobarkan perang menjadi yang pertama. Persaingan keduanya ramai dibicarakan di Silicon Valley.Larry menolak jika ia selalu dikait-kaitkan dengan ambisi untuk menjatuhkan Microsoft dari puncak.
“Percaya atau tidak, saya menghabiskan sebagian besar waktuku untuk memikirkan rangkaian e-bussiness kami”, server aplikasi kami, server database kami…” ucap Larry meluruskan. Maksudnya, ia tetap tidak terganggu dengan keberadaan pesaingnya itu. Semua hal yang dilakukannya semata untuk kepentingan Oracle. Justru totalitas yang matang ditempa kerasnya kehidupan semacam inilah yang menjadikan Larry Ellison sebagai musuh yang paling diamati oleh Bill Gates.

Kisah Choirul Tanjung "Si Anak Singkong"

KISAH CHOIRUL TANJUNG "SI ANAK SINGKONG"


Nama Choirul Tanjung ini mungkin sudah tidak asing lagi kita dengar, selain sukses , Choirul tanjung yang kerab dipanggil CT ini juga termasuk dalam kategori orang terkaya lhooo ..

Berikut sekilas tentang cerita hidup Choirul Tanjung

Biografi singkat Chairul Tanjung

Sebenarnya bos Trans TV ini dilahirkan dalam keluarga yang cukup berada pada 16 Juni 1962 di Jakarta. Ayahnya, A.G. Tanjung memiliki usaha penerbitan koran beroplah kecil di Jakarta. Sayangnya di masa orde baru koran milik sang Ayah dibredel oleh pemerintah karena memiliki pemikiran politik yang menentang penguasa pada saat itu. Kondisi ini membuat keluarga Tanjung harus menjual rumah dan harta bendanya untuk kemudian pindah ke sebuah kamar losmen yang sempit dan berbagi tempat bersama 7 putra-putrinya.Bakat bisnis rupanya memang telah ada pada darah salah satu orang terkaya di Indonesia ini, terbukti dari kepiawaiannya merintis usaha sejak masa kuliah. Setelah lulus dari SMA Boedi Utomo, Chairul remaja melanjutkan pendidikan pada Fakultas Kedokteran dengan jurusan Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia. Sebagai mahasiswa ia telah terbiasa memenuhi kebutuhan hidup dan studinya dengan cara berbisnis kecil-kecilan mulai dari berdagang buku kuliah stensilan, kaos, membuka usaha foto copy, hingga merintis usaha toko peralatan kesehatan dan laboratorium di daerah Jakarta Pusat. Sayangnya usaha ini kemudian mengalami kebangkrutan.

Rintangan tersebut tidak menjadikan Chairul Tanjung atau yang akrab disapa dengan sebutan CT putus asa. Setelah lulus kuliah pada tahun 1987, beliau dan 3 orang rekannya mendirikan usaha yang diberi nama PT Pariarti Shindutama yang bergerak dalam bidang pembuatan sepatu anak untuk memenuhi pasar luar negeri. Dengan modal awal 150 juta yang diperoleh dari Bank Exim. Kesuksesan akhirnya menghampiri para pengusaha muda ini, yaitu dengan adanya proyek pemesanan sepatu dari Italia sebanyak 160 ribu pasang. Tetapi usaha yang dirintis bersama 2 rekan CT ini tidak bertahan lama karena perbedaan pendapat dalam pengembangan bisnis beliau memutuskan untuk berpisah dari rekan-rekannya dan membangun bisnisnya sendiri.

Saat ini Bapak Chairul Tanjung menjadi pemilik dari Para Group atau Para Inti Holdindo sebagai father holding company yang membawahi beberapa cabang perusahaan lain dalam berbagai bidang seperti misalnya Para Inti Investindo dalam bidang media dan investasi, Para Global Investindo yang bergerak dalam bidang bisnis dan keuangan, dan Para Inti Propertindo yang berkecimpung dalam bidang properti.

Kepandaiannya dalam membangun jaringan dan koneksi sebagai pebisnis membuat berbagai bidang usahanya semakin besar dan berkembang. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai beberapa father holding company, yakni sub-holding seperti: Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti). Dalam bidang keuangan, perusahaan yang bergerak di bawah Para Global Investindo adalah Asuransi Umum Mega, Para Multi Finance, Asuransi Jiwa Mega Life, Mega Capital Indonesia, Mega Finance, dan Bank Mega Syariah.

Para Inti Propertindo mempunyai beberapa cabang perusahaan yaitu Para Bandung Propertindo, Batam Indah Investindo, Para Bali Propertindo, dan Mega Indah Propertindo. Sementara Para Group yang bergerak dalam bidang multimedia dan penyiaran seperti yang kita ketahui membawahi Trans TV, Trans 7, Trans Fashion, Trans Lifestyle, Trans Studio, dan Mahagagaya Perdana. Sangat membanggakan bagi kita karena bisnis yang dibangun oleh CT membuktikan bahwa ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mandiri.

Resep bisnis dari Chairul Tanjung

Menurut beliau, resep sukses dalam membangun dan mengembangkan bisnis adalah networking atau jaringan. Orang terkaya Indonesia 2014 tersebut sering memberi saran kepada para pebisnis muda Indonesia untuk sabar dalam menjalani proses dan bersedia menapaki tangga dalam membangun bisnisnya satu demi satu. Kisah sukses ini dapat menjadi inspirasi bagi kita yang tidak hanya diperuntukkan oleh pengusaha atau calon pengusaha tetapi bagi semua yang ingin mengambil teladan dari manisnya kerja keras dan sikap pantang menyerah dalam berbagai bidang yang kita tekuni.Selain masuk dalam daftar deretan 1000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes, di dalam negeri sendiri CT yang merupakan salah satu dari 40 orang terkaya di Indonesia juga dinobatkan oleh majalah Warta Eknomi sebagai tokoh bisnis paling memberi pengaruh di tanah air. Beliau bukanlah pengusaha yang kaya mendadak, melainkan bersusah payah menempuh segala rintangan dalam membangun kerajaan bisnisnya yang sekali lagi ditunjang oleh kegesitannya menjalin kedekatan dengan enterpreneur-enterpreneur lain yang kelak akan mendukung bisnis besarnya.

Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong

Agar semakin banyak orang yang terinspirasi dengan perjalanan hidup dan kesuksesan CT, beberapa waktu lalu Chairul Tanjung membuat sebuah buku yang berjudul “Chairul Tanjung Si Anak Singkong”. Buku ini sukses di pasaran dan meledak menjadi best seller yang dibaca berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Buku ini pun semakin mengangkat popularitas pebisnis yang satu ini.

Menurut Chairul Tanjung yang berbagi rahasia suksesnya menjadi wiraswastawan dalam bukunya, modal utama untuk menjadi pengusaha bukanlah besarnya modal yang ia kucurkan dalam bidang bisnis yang dirintisnya melainkan sikap tidak mudah menyerah dan tidak boleh cengeng. Kata-kata ini tentu bukan merupakan omong kosong karena dikatakan oleh seorang pengusaha yang telah malang melintang dalam dunia bisnis selama puluhan tahun dan telah berhasil membuktikan resep tersebut hingga menjadi salah satu dari orang terkaya Indonesia 2014.

Saat baru saja merintis bisnisnya ia telah terbiasa bekerja hingga 18 jam sehari demi meraih mimpi menjadi pengusaha sukses. Beliau bahkan mengatakan bahwa semua orang dapat meraih posisi sebagaimana dirinya dengan potensi yang baik dalam bidang manajerial dan enterpreneur yang baik. Selain tak gampang menyerah dan tidak cengeng, satu lagi resep kesuksesannya sebagai pengusaha adalah sikap iklas dan memasrahkan hasil kerja keras yang telah dilakukan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Untuk menjadi pengusaha yang berhasil, CT menambahkan, seorang calon pengusaha harus mampu berinovasi menciptakan suatu produk yang tidak biasa sehingga menarik rasa penasaran dan minat masyarakat. Beliau mencontohkan pengusaha air mineral AQUA yang pada awalnya banyak diremehkan karena memiliki ide menjual air kemasan tetapi justru mampu mendapatkan kesuksesan dengan produk uniknya. Dengan demikian ide awal ini justru banyak ditiru pengusaha lain untuk terjun dalam bisnis yang sama.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More