Kisah Perjalanan Hidup "Steve Jobs" Pencipta Apple

KISAH PERJALANAN HIDUP "STEVE JOBS" PENCIPTA APPLE
Siapa yang tidak tau produk-produk Apple? mulai dari Personal Computer, Notebook, Tablet, Mp3-Player, hingga Smart Phone dan lain-lainnya, sperti yang di bawah ini:
Dan bagaimanakan cerita kehidupan orang hebat ini yang mampu mengubah perkembangan teknologi dunia dan terkenal dengan kecanggihannya dibanding dengan brand elektronik lainnya. berikut ceritanya:
Satu tahun yang lalu, adalah hari kepergian Steve Jobs, tokoh besar di balik Apple.Situs Apple memperingatinya dengan memuat video memorial pada halaman utamanya serta secarik surat pendek dari Tim Cook, CEO Apple saat ini.
Namun, bagaimana perjalanan hidup Steve Jobs sebenarnya? Besar sebagai anak angkat, perjalanan hidup Steve Jobs memang tidak mudah. Namun, ia membuktikan bahwa keteguhan hati akan membuat perubahan bagi hidup seseorang; bahkan perubahan bagi dunia. Berikut ini kisahnya.
Meskipun berat, keputusan Joanne sudah bulat. Ia akan merelakan bayi yang dikandungnya untuk diadopsi. Bukan tidak sayang, namun ia dipaksa keadaan. Ayahnya tidak merestui hubungannya dengan Abdullah Jandali, kekasih sekaligus ayah bayi yang dikandungnya itu. Namun Joanne ingin menjamin masa depan bayinya, sehingga ia mengajukan satu syarat: anaknya harus diadopsi pasangan bergelar sarjana.
Kandidat utama orang tua angkat itu sebenarnya adalah seorang pengacara. Namun ketika pada Joanne melahirkan seorang bayi di tanggal 24 Februari 1955, pasangan tersebut menarik diri. Mereka mencari seorang bayi perempuan, sementara Joanne melahirkan bayi laki-laki. Akhirnya dicarilah pasangan lain, yaitu Paul dan Clara Jobs.
Masalahnya, Clara tidak pernah lulus kuliah; Paul bahkan tidak pernah lulus SMA. Joanne sempat bimbang, namun akhirnya rela melepas anak laki-laki tersebut setelah pasangan Jobs memberi menjamin: anak laki-laki itu suatu hari akan kuliah.
Dari kisah dramatis itulah, kisah seorang pria bernama Steve Jobs dimulai.
Masa Kecil Jobs
Sedikit ironis bahwa orang tua biologisnya justru menikah setelah Steve Jobs diadopsi dan memiliki satu orang anak lagi, Mona Simpson. Steve Jobs sendiri baru mengetahui tentang orang tua kandungnya itu pada usia 27 tahun.
Jobs kecil tinggal di seputaran Silicon Valley, maka tak heran kalau kecintaannya terhadap benda-benda elektronik sangat besar. Di sini mulai terlihat bakatnya dalam mengutak-atik benda elektronik, termasuk komputer pada jaman itu.
Saat SMA, di sela-sela waktu luangnya Jobs sering berkunjung ke Hewlett-Packard. Di sanalah dia bertemu dengan Steve Wozniak – yang dipanggil Woz – seorang insinyur komputer yang sangat cerdas. Meski Woz lebih tua lima tahun, tetapi karena kesamaan minat, mereka cepat menjadi akrab.
Meski cerdas dan inovatif, Jobs selalu bermasalah dengan pendidikan formalnya. Di sekolah, dia terkenal siswa yang bengal. Bahkan Jobs hanya kuliah selama satu semester dan memutuskan drop-out. Jobs lebih suka masuk ke kelas seni tipografi dan kelas-kelas spiritual.
Akhirnya, sekitar tahun 1974, Jobs nekat pergi ke India untuk mencari pencerahan spiritual, meninggalkan karier yang baru saja dirintisnya sebagai desainer video game di Atari.
Era Silicon Valley
Setelah kembali ke Silicon Valley, Jobs banyak bekerja bersama dengan Woz yang saat itu mengembangkan komputer berukuran “kecil”, hanya terdiri dari sebuah papan sirkuit. Karena relatif kecil, tentunya komputer ini juga akan murah bila nantinya diproduksi. Dan ternyata memang banyak yang suka dengan kreasi Woz ini.
Naluri bisnis Jobs bergejolak. Dia sadar, bila berhasil diproduksi, komputer kecil tersebut akan laris. Jobs lalu mulai merombak garasinya menjadi workshop untuk memproduksi komputer tersebut. Kemudian terciptalah Apple I.
Woz terus mengembangkan komputer tersebut dan terciptalah Apple II pada tahun 1977. Apple II ini jauh lebih canggih daripada Apple I. Sadar akan potensi bisnis yang terpendam pada komputer Apple II ini, Steve lalu mencari suntikan modal. Dia berhasil meyakinkan Mike Markkula yang akhirnya memberikan suntikan dana sebesar US$250.000.
Proyek Lisa dan Tersingkirnya Jobs
Apple kemudian mendapat tantangan dari IBM, perusahaan yang sudah lebih dahulu mapan. IBM berencana untuk segera masuk ke pasar dengan memproduksi personal computer.
Demi mempertahankan diri, Apple kemudian mengembangkan proyek yang dinamai Lisa, dipimpin sendiri oleh Jobs. Lisa diperkirakan bakal menjadi terobosan baru di dunia komputer, karena menggunakan antarmuka grafis. Namun kenyataan pahit harus diterima oleh Jobs. Dia “ditendang” dari proyek Lisa karena dianggap manajer yang terlalu temperamental.
Dengan bara dendam yang menyala, Jobs kemudian membuat proyek sendiri yang disebut Macintosh.
Tujuannya adalah membuat komputer grafis yang lebih murah daripada Lisa dan jauh lebih mudah dioperasikan, sehingga diharapkan akan menggerogoti pasar Lisa.Mac memang akhirnya terbukti lebih sukses ketimbang Apple III dan Lisa. Tetapi mungkin karena kekacauan yang tercipta akibat perseteruan internal tersebut, ditambah lagi persaingan ketat dari IBM, perlahan dominasi Apple memudar. Ini akhirnya berakibat Jobs bukan cuma tersingkir dari sebuah proyek tapi nantinya tersingkir pula dari Apple.
Semula Jobs “disingkirkan” dari posisi manajerial. Dia hanya menempati posisi chairman of the board. Gatal karena memang panggilannya adalah membuat komputer yang canggih, Jobs berencana mendirikan perusahaan baru bernama NeXT dengan membawa serta beberapa insinyur dan tenagamarketing terbaik dari divisi Mac.
Ketika dia memberitahukan hal ini ke jajaran direksi Apple, mereka spontan menolaknya dan bahkan mengancam untuk memperkarakan ke pengadilan. Inilah yang akhirnya membuat Jobs meninggalkan Apple dan menjual saham-sahamnya.
Dalam sekejap saja, Apple telah menjadi perusahaan besar. Pada tahun 1980, nilai perusahaan telah mencapai US$1,2 miliar dan penghasilan Jobs telah mencapai US$200 juta.
Pembelian Pixar
Setelah keluar dari Apple, Jobs benar-benar mendirikan NeXT pada tahun 1985, dengan visi membuat sebuah komputer yang terbaik, baik dari segi hardware, software, maupun dalam proses pembuatannya.
Pada tahun 1986, Jobs membeli divisi komputer grafis Lucasfilm, perusahaan yang memproduksi film-film Star Wars dan Indiana Jones. Perusahaan baru ini akhirnya diberi nama Pixar.
Pixar berkonsentrasi membuat perangkat keras grafis 3D, misalnya scanner yang bisa menampilkan gambaran tubuh manusia secara 3D untuk keperluan medis.
Namun produk perangkat keras NeXT dan Pixar rupanya terlalu canggih dan sulit diterima pasar. Apalagi kecanggihannya itu sudah tentu harus ditebus dengan harga yang mahal. NeXT dan Pixar berada di ambang kegagalan yang membuat keduanya gonjang-ganjing. Akhirnya untuk menghindari kebangkrutan, NeXT dan Pixar sama-sama menghentikan produksi perangkat keras dan berfokus di perangkat lunak. NeXT di bidang bisnis dan Pixar di bidang animasi 3D.
Pixar lebih beruntung dibandingkan dengan NeXT karena akhirnya mampu memproduksi animasi-animasi 3D di bidang periklanan dan otomatis bisa hidup dari pendapatan membuat film iklan tersebut. Animasi iklan yang diproduksi Pixar rupanya menarik minat studio Disney yang menawarkan kerja sama untuk membuat film animasi. Itu terjadi pada tahun 1991. Tapi entah kenapa, pada tahun 1993 pihak Disney membatalkan kontrak tersebut.
John Lasseter, kepala divisi Pixar, akhirnya mencoba meyakinkan Disney dengan menyempurnakan skrip film animasi tersebut. Untunglah kali ini proyek tersebut terus berjalan hingga pada tahun 1995 dirilislah sebuah film berjudul “Toy Story”. Dan seperti yang sama-sama kita ketahui, film tersebut mendulang sukses yang luar biasa. Nama Jobs juga tertulis di film tersebut sebagai produser.
Lagi-lagi insting bisnis Jobs berbicara. Memanfaatkan momentum suksesnya “Toy Story”, ditambahbrand image Disney yang memang kuat mencengkeram di bidang animasi, Jobs membawa Pixar go public. Hasilnya tidak main-main. Saham Pixar sukses di Wall Street dan kekayaan Jobs yang memegang 80% saham Pixar melonjak menjadi lebih daripada US$1,5 miliar!
Kontras dengan bangkitnya Jobs di bisnis TI, Apple justru memasuki masa-masa suram. Apple tak mampu menghadang kreativitas Microsoft yang kala itu menelurkan Windows 95. Penjualan Mac turun drastis dan Apple terancam bangkrut.
Apple segera menunjuk CEO baru yaitu Gil Amelio yang diharapkan mampu menyelamatkan perusahaan tersebut. Langkah awal yang dilakukan Gil Amelio adalah menyegarkan sistem operasi Mac yang saat itu sudah tidak lagi up-to-date.
Yang terpilih sebagai calon penerus MacOS adalah NeXTSTEP, sistem operasi buatan NeXT. Maka, Apple merogoh kocek hingga US$ 400 juta untuk mengakuisisi NeXT di tahun 1995. Dan kembalilah Steve Jobs ke perusahaan yang pernah “durhaka” padanya sepuluh tahun sebelumnya.
Kembalinya Jobs ke Apple
Di bawah Gil Amelio, Apple tak kunjung membaik. Bahkan di kuartal pertama 1997, kerugian Apple mencapai US$700 juta. Direksi akhirnya memutuskan untuk mendepak Gil Amelio karena “prestasi”-nya tersebut dan menunjuk Steve Jobs untuk menjadi pejabat CEO.
Segeralah Jobs melakukan berbagai efisiensi dan inovasi di sana-sini. Bagaimanapun, dialah yang mendirikan Apple. Tentu dia tak rela jika Apple harus runtuh begitu saja. Ratusan proyek yang dianggap tak lagi punya masa depan dihentikan. Produksi hardware dipersempit hingga menjadi empat macam saja. Jobs bahkan memutuskan untuk menghentikan perselisihan paten dengan Microsoft. Slogan baru juga dicanangkan, yaitu “Think Different”, yang menyebarkan ide bahwa pengguna Mac adalah pemimpi yang dapat mengubah dunia.
Akhirnya perlahan tapi pasti, kepercayaan diri Apple meningkat kembali, walau kejayaan itu tidak serta merta kembali. Dibutuhkan waktu sekitar tiga tahun sebelum Apple kembali menjadi penantang serius di dunia TI
Pada tahun 1998, Steve bersama Apple memperkenalkan komputer desktop yang benar-benar revolusioner, iMac.
Desainnya yang unik dan berwarna cerah mampu menjungkirbalikkan desain monoton saat itu yang melulu berwarna hitam atau beige. Inilah produk Apple yang benar-benar inovatif sejak 1984!
Bayangkan, tanpa Steve Jobs, selama 14 tahun Apple ternyata tidak mampu menelurkan produk-produk yang inovatif. Dan hanya tiga tahun dibutuhkan oleh Jobs setelah kembali ke Apple untuk membawanya kembali ke papan atas.
Apple makin bersinar ketika menelurkan MacOS X pada tahun 2001.
Inipun sebenarnya buah tangan dingin Jobs, karena MacOS X aslinya hanyalah “rebranding” dari NeXTSTEP. MacOS X menjadi sangat penting karena akhirnya di atas platform ini muncul berbagai aplikasi yang mendukung strategi digital hub yang dicanangkan Apple.
Strategi ini dipaparkan oleh Jobs pada even Macworld San Francisco, pada bulan Januari 2001. Saat itu Jobs membeberkan visinya mengenai komputer personal. Meskipun para analis memperkirakan bahwa kelak komputer personal akan “hilang” dan digantikan oleh terminal internet, Jobs percaya bahwa komputer akan berevolusi menjadi peranti digital yang mendukung gaya hidup digital. Komputer akan berubah menjadi perangkat yang mampu menjembatani berbagai perkakas digital seperti kamera digital (baik foto maupun video), pemutar MP3, telpon genggam, dan lain-lain.
Visi ini akhirnya membawa Apple untuk menghasilkan berbagai produk aplikasi yang digolongkan sebagai iApps, yaitu iMovie (1999), iTunes (2001), iDVD (2001), iPhoto (2002), iCal dan iSync (2002), GarageBand (2004), dan iWeb (2006). Berbagai peranti tersebut boleh dibilang merupakan amunisi untuk meraih kembali pangsa pasar komputer personal yang terlalu didominasi oleh Microsoft dengan Windows-nya.
iPod, Pemicu Kesuksesan Apple
Yang tak disangka-sangka, kilau gemilang Apple justru berawal dari perangkat iPod, yang semula bahkan oleh Jobs sendiri dipandang sebelah mata. Saat itu Jobs sebenarnya ingin fokus mengembangkan peranti desktop video. Namun ia segera menyadari bahwa hal tersebut masih belum lazim.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, bahwa membuat perangkat yang memiliki lompatan teknologi terlalu jauh justru mubazir, Jobs lalu memutuskan untuk lebih mengembangkan pemutar MP3 untuk Apple. Saat itu memang musik digital sedang menjadi isu yang sangat hangat-hangatnya.
iPod akhirnya juga membawa Apple untuk terjun ke bisnis musik digital dengan mendirikan iTunes Music Store.
Menurunnya Kondisi Jobs
Pada tahun 2003, Jobs terserang kanker pankreas. Sebenarnya kanker ini bukanlah jenis yang mematikan jika segera dioperasi. Tapi sayangnya Jobs menolak opsi untuk dioperasi. Dia lebih memilih untuk menjalani terapi yang berasal dari negara-negara Timur.
Meski akhirnya setuju juga untuk dioperasi, namun nampaknya sudah terlambat. Kanker inilah yang terus menggerogoti kesehatannya. Di tahun 2009, Jobs tidak lagi tampil di berbagai event dimana ia mestinya tampil.
Namun kanker sepertinya bukan halangan bagi Jobs untuk terus berinovasi. Tahun 2007, Apple kembali menggebrak dengan produk inovatifnya, iPhone. Bahkan di tahun 2010, ia mengejutkan banyak orang dengan kembali tampil di berbagai event, termasuk ketika memperkenalkan iPad.
Tetapi Jobs akhirnya menyerah juga. Pada bulan Agustus 2011 lalu, ia menyampaikan permohonan pengunduran dirinya dari Apple. Dan belum genap sebulan setelahnya, ia pun pulang menghadap Sang Pencipta.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More